Chapter 2: Broken Heart

6.5K 693 75
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️

.

.

.

Kalau kondisi kalian sekarang masih down, please don't read this chap. Karena masih banyak unsur angstnya😔🙏

-Happy Reading-

•●•●•

18 May 2022, At 22.00 AM

"Hiks..shh..sh..." Gala meringis dan terisak lirih ketika ia berbaring di atas selimut tipis sebagai alas dari lantai kayu yang sudah menjadi tempat tidurnya bersama sang nenek selama ini.

Lara menatap sendu pada Gala yang kini tengah menahan rasa sakit akibat kejadian sore tadi. Wanita tua itu berusaha menambah kain apapun agar alas tempat tidur bagian Gala lebih terasa empuk.

"Sht..sht.." dengan lembut Lara mengelus puncak kepala si kecil agar Gala merasa lebih nyaman dan merasakan kasih sayangnya.

Di tengah temaram gubuk tua itu, Lara merasakan tubuh mungil itu bergetar hebat di iringi isak tangis yang tertahan dan lama-kelamaan tangisan itu terdengar lebih keras. Lara segera memeluk tubuh mungil tersebut sambil mengatakan kalimat penenang walaupun hal itu tak bisa di dengar oleh Gala.

"Kenapa Gala, apa masih terasa sakit?"

"Kit.. hiks..olong Gala nek..akit.." aduan si kecil yang penuh rintihan kesakitan dan isak tangis tanpa henti membuat Lara tanpa sadar menitikkan air matanya karena ia merasa malam ini adalah pertama kalinya si kecil tidak kuat menahan kesakitannya.

"Gala harus lebih banyak bersabar lagi ya.. Maafkan nenek yang tidak bisa melindungimu"

Lagi dan lagi, ia hanya berharap si kecil ini lebih bersabar entah sampai kapan ia bisa menahannya.

•●•●•

19 May 2022, 06.00 AM

Gala menatap kosong ke halaman muka rumah gubuk tuanya. Tubuh mungil itu hanya duduk diam tepat di pintu keluar. Hawa dingin yang menusuk kulitnya tidak membuat si kecil berkeinginan untuk kembali masuk kedalam rumah.

Mata bulat tersebut menatap sendu ke jalan yang masih sunyi. Keheningan tersebut membuat kilasan memori terdahulu kembali terputar dalam otaknya, bagaikan adegan film yang terpampang secara jelas dalam ingatannya, tanpa sadar setetes air mata keluar dari sudut mata bulatnya.

Lengan kecil itu menghapus jejak air matanya dengan raut muka sendu yang tak kunjung hilang sedari tadi. Hatinya terlalu sakit dan sudah tak berbentuk lagi, dunianya sudah luluh lantak namun sayangnya hal itu tak pernah berarti di mata orang lain.

Pukulan yang menyakitkan dan raut muka mengerikan selalu menghantui pikirannya. Kejadian kemarin tak bisa ia lupakan begitu saja seperti kejadian-kejadian sebelumnya.

Namun di balik kekalutan dalam otaknya ada isi hati kecil yang berbisik menginginkan sebuah harapan.

Di saat ketakutan itu datang ada secercah keinginan Gala untuk kuat kembali dan ingin seperti anak normal lainnya namun sayang setitik kata hati itu sudah terbelenggu tak bisa melepaskan ego si kecil.

Gala (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang