(Buku dapat di pesan melalui shopee. Silahkan check Bio Kikim💚)
Gala adalah anak yang luar biasa. ketika orang lain menilai kekurangan tentang Gala, ia masih bertahan di dunia kejam ini dengan hati yang tulus.
Usia tiga tahun sudah menjadikan Gala...
Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️
.
.
.
-Happy Reading-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Gala Darendra Ferdion, 3 years old-
•●•●•
Sepanjang menuju rumah kepala desa, tatapan warga disana tak terlepas dengan keluarga Ferdion. Ada begitu banyak sorot mata yang di gambarkan, mulai tatapan kagum, terpesona, bingung, iri, penasaram dan banyak lagi.
Seluruh keluarga Ferdion nampak biasa saja ketika mereka menarik perhatian orang di sana. Namun berbeda hal dengan Gala yang semakin takut karena menjadi pusat perhatian kebingungan mereka.
Gumaman sayup tak jelas membuat si kecil mengenggam kuat baju Abercio, sorot ketakutan mulai muncul pada mata bulat menggemaskan itu. Abercio yang sadar menatap putra kecil dengan tatapan lembut.
"Ada apa sayang?" Pertanyaan Abercio membuat sang ibu dan ketiga kakaknya langsung memusatkan perhatiannya pada si kecil yang tengah ketakutan di tambah kepala desa juga menghentikan langkahnya.
"Apa masih jauh?" Tanya Agam ketika ia sadar apa yang sedang ditakuti oleh Gala.
"Itu rumah saya tuan" ucap sang kades sambil menunjuk sebuah rumah yang tak jauh dari posisi mereka berdiri.
"Kalau begitu kita harus ke sana lebih cepat, baby Gala sedang ketakutan melihat warga yang berkerumunan di sini" ucap Agam dengan nada tegas dan tentu saja hal ini membuat seluruh warga di sana seketika perlahan menjaga jarak dan Kades pun segera berjalan cepat di ikuti oleh keluarga Ferdion yang lainnya.
Abercio pun menyembunyikan wajah si bungsu pada ceruk lehernya sambil mengeluatkan kata penenang. Ia sengaja menutup pandangan Gala pada semua orang agar ketakutan itu menghilang.
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di rumah kepala Desa dan tentu sang tuan rumah langsung mempersilahkan mereka masuk dengan hormat.
Satu persatu mereka menduduki sofa dari ruang tamu tersebut. Gala pun juga ikut di sana dan berada di pangkuan sang ayah. Jemari mungilnya bergerak menggenggam ibu jari sang ayah yang terlihat penuh dalam genggamannya.
