Chapter 5: Colour

9.3K 925 107
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️

.

.

.

-Happy Reading-

•●•●•

05.45 AM, At Hospital

Sebuah pergerakkan kecil dari kelopak mata kecil itu menandakan si empu mulai terbangun. Selang beberapa detik terbukalah mata bulat yang kini terlihat sayup, beberapa kali sang pemilik mata itu berkedip untuk menjelaskan penglihatannya sampai ia dapat melihat jelas tempat sekitarnya.

Krukkk..

Krukk..

Gala memejamkan matanya merasakan perutnya yang sudah berbunyi minta di isi. Si kecil kelaparan karena dari kemarin ia belum makan sama sekali kecuali sarapan jagung rebus buatan nenek Lara.

Sarapan terakhir dari nenek Lara yang belum di ketahui oleh Gala, bagaimana kabarnya sampai saat ini.

Mata bulat itu menatap punggung tangan kirinya yang terpasang selang infus yang begitu menakutkan baginya. Sorot mata itu beralih dengan cepat untuk menghindari ketakutannya.

Krukk..

Krukk..

Sorot matanya kembali terpejam dan tidak lama kemudian terbuka. Matanya mengarah ke nakas dan setelah itu si kecil tersenyum tipis melihat bubur yang malam tadi belum sempat ia makan.

Sebelum tubuhnya bergerak mendekati nakas. Matanya menatap sekeliling dan melihat empat pria dan satu wanita yang kini tidur di tempat yang berbeda-beda. Tubuhnya kembali bergetar ketakutan namun tentu saja rasa lapar kini tidak mampu Gala tahan hingga ia memutuskan untuk mengambil dan memakan bubur yang di atas nakas itu.

'Maaf, Gala lapal.. Gala nanti kelja bial bica bayal' ucap si kecil dalam hati.

Dengan pelan tubuh itu bergerak mendekati nakas dengan perasaan takutnya seperti maling yang akan tertangkap basah demi semangkuk bubur.

Tangan pendeknya berusaha menjangkau mangkuk itu hingga tidak lama kemudian ia berhasil menyentuh pinggiran mangkuk tersebut. Namun..

Prang..!

Mangkuk kaca itu terjatuh akibat Gala tidak sepenuhnya memegang mangkuk tersebut hingga mangkuk itu hanya bergeser dan berakhir terjatuh dari nakas.

Jantung Gala kemudian berpacu dengan cepat seakan ia sedang lari marathon. Senyuman yang melengkung kebawah tersemat di bibir kecil tersebut dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Bunyi tersebut juga seketika membuat orang yang berada di ruangan tersebut terbangun. "Kenapa sayang?" Tanya Kanisha yang segera mendekati brankar namun tentu wanita itu masih menjaga jarak agar Gala tidak merasa ketakutan.

Gala (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang