Malam Pertama
Alena kesal namun harga dirinya tersentil dan merasa direndahkan oleh pria itu. Maka akhirnya ia mengambil langkah besar untuk menunjukan apa yang akan pria itu dapat dari dirinya.
Alena mendekat dan berhadapan dengan pria itu, ia menatap matanya dengan berani sebelum akhirnya menempelkan bibirnya dengan milik sang pangeran. Menciumnya seolah ia kelaparan dan merindukan ciuman itu. Dadanya menempel pada tubuh keras yang terpahat sempurna itu. Alena tersenyum saat pria itu merespon dan membalas ciuman sama rakus dengannya. Perlahan ia merasakan lengan pria itu memeluk tubuhnya untuk melenyapkan ruang di antara mereka. Payudara milik Alena melekat sempurna padanya.
Alena menarik wajahnya untuk bernapas dari ciuman mereka namun pria itu justru menurunkan bibirnya pada leher jenjang Alena. Mengecup dan menjilat area sensitif wanita itu. Tangan di punggungnya bergerak ke depan untuk menangkup payudara ranum yang sedari tadi menggoda pria itu.
Desahan berhasil lolos dari mulut Alena saat pria itu meremas gundukan itu. "Aaahh.." Salah satu jari pria itu membuka kancing gaun di belakang punggung Alena dan menurunkan bajunya hingga setengah badan. Lantas pria itu menyingkap bra berwarna navy yang melindungi kedua asset indahnya lalu menundukkan kepala untuk mencicipi salah satu puncak berwarna coklat kemerahmudaan.
Begitu mulut pria itu melingkupi putingnya, Alena memejamkan mata dan merasakan sensasinya dengan nikmat. Belum lagi saat jari pria itu turun dan menyentuh pusat gairahnya di bawah sana, rasanya Alena ingin berteriak saat itu juga.
Untuk menahan teriakkannya, Alena mengalihkan perhatian pada tubuh pria itu. Ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya menyentuh pria itu. Alena mulai menjalarkan tangannya menyusuri dada bidang yang berotot lalu perlahan turun hingga ke bawah. Merasakan sesuatu yang sudah mengeras dan dari apa yang ia rasakan di tangannya, milik pria itu jelas lebih besar dari pada Adi.
Untuk memastikan, Alena menyusupkan tangan ke balik celana pria itu hendak memeriksa lebih jauh. Namun, tangannya terhenti oleh sang pemilik tubuh. "Aku belum bilang kamu boleh menyentuhku."
Alena kebingungan. "Tapi kamu udah sentuh aku dimana-mana dari tadi."
"Aku harus memeriksa kelayakanmu terlebih dulu." Pria itu berkata sambil meneruskan hisapannya pada dada Alena.
Sial! Pria ini mahir menggunakan lidahnya. Batin Alena.
"Oke, cukup!" Seru Alena. Ia mendorong pria itu menjauh dari dadanya. "Uji kelayakan ngga seharusnya sejauh itu. Mau atau engga?"
Pria itu menatap Alena seolah-olah sedang menilai dirinya.
Ditatap seperti itu membuat Alena jengah. Akhirnya ia merapikan branya dan juga gaun yang sudah berada jauh di pinggangnya.
"Kamu sedang aktif berhubungan dengan pria lain?" Tanya pria itu.
Kening Alena berkerut tapi akhirnya ia menggeleng.
"Siapa namamu?"
Alena baru sadar bahwa sedari tadi ia belum mengenalkan dirinya pada pria itu. "Alena."
Pria itu mengangguk. "Kamu sudah tahu siapa aku?"
Alena mengangguk. "Raden mas Raditya." Jika Alena tidak salah ingat, itu memang nama pria itu.
"Panggil aku Radit."
"Tapi bukannya itu ngga sopan kalo aku manggil nama depan seorang pangeran?"
"Apa menurutmu kamu sudah berlaku sopan sejak pertama kali melemparkan dirimu padaku?"
Ah, benar juga. Tapi tetap saja ia merasa tidak enak. "Hmm, gimana kalo raden mas?"
"Radit saja cukup."

KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sang Pangeran
RomanceOPENING Dalam tidurnya, Alena mendengar seseorang memanggil namanya namun matanya tidak ingin terbuka karena kelelahan dan ia masih butuh tidur untuk waktu yang lama. Tapi beberapa waktu kemudian, ia merasakan punggungnya dihujani ciuman hangat hing...