Di dalam sebuah ruangan yang memiliki cahaya minim, sepasang remaja pria dan wanita mencurahkan seluruh perhatian untuk menikmati satu sama lain.
"Errrgh.." Wanita itu menahan desahannya saat sang pria menelusuri tubuhnya dengan ciuman panas. Ia merasakan jemari pria itu meremas dadanya dan menyebabkan sensasi menggelitik di perut saat putingnya dipermainkan.
Bibir pria itu kembali pada wajahnya untuk menghisap bibir dan membungkam semua desahan yang sedari tadi ia tahan. Dengan tidak sabar, wanita itu menurunkan lengannya untuk menggapai kancing celana yang dikenakan lawan mainnya. Membuka dengan cepat dan melepaskan bukti gairah pria itu dari sangkarnya.
Mata cantiknya tertuju pada benda yang sangat familiar itu. Terbersit sedikit kekecewaan pada matanya saat mengetahui ukuran benda pria itu namun ia menutupinya dengan senyuman sopan. Pria itu, karena tidak tahan menyerang tubuhnya hingga ia berbaring di atas ranjang dan mulai menyusuri bagian inti kewanitaannya dengan seksama.
Saat jari pria itu ingin memasuki area terlarang tersebut, wanita itu menghentikannya. "Tunggu, Di."
Pria itu, Adi, mendongak padanya. "Kenapa?"
"Gue ga bisa ngelakuin ini sekarang. Harus jemput mama di bandara."
Alena Arsjad bangkit dari tempat tidur itu setelah menggulingkan Adi dari atas tubuhnya. Ia mengenakan kembali pakaiannya dengan cepat dan menyisir rambutnya dengan jari.
"Hah? Kenapa ngedadak banget sih." Nada suara Adi terdengar kesal karena Alena menghentikan kegiatan panas mereka.
"Ngga ngedadak, gue aja yang baru inget barusan." Mengambil cermin dari tas kecilnya, ia mengecek lipstick lalu membubuhkan sedikit warna yang hilang karena ciuman panas mereka tadi.
Alena selesai merapikan dirinya lalu menghampiri Adi yang masih terduduk di atas ranjang menatapnya dengan tatapan kesal namun tidak bisa melakukan apapun. Ia menempelkan bibir sekilas pada bibir Adi yang cemberut. "Bye, sampai nanti."
"Len, besok kita ketemu lagi kan?"
Alena menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Adi sambil tersenyum. "Liat besok ya." Lalu ia pergi meninggalkan pria itu di dalam kamar hotel yang biasa mereka sewa.
Di dalam mobil yang ia kendarai, Alena menghubungi teman dekatnya, Echa.
"Cha, gue gagal begituan sama Adi!" Serunya.
"Loh kok gagal sih? Lo bukannya udah siapin semuanya?" Di seberang panggilan, Echa hampir berteriak-teriak karena musik di tempat ia berada mendominasi pembicaraan mereka.
"Punyanya Adi ngga segede yang gue harapkan."
Suara tawa Echa menggelegak. "Gila, dasar lo! Terus lo maunya yang segede apa? Emangnya selama ini lo ga ada bayangan punya dia segede apa?"
Selama Alena main-main dengan Adi, ia pikir milik pria itu belum bangun sepenuhnya karena mereka memang tidak pernah berniat untuk bercinta. Atau setidaknya Alena yang tidak pernah berniat untuk bercinta. Ia sudah mengatakan pada pria yang sedang dekat dengannya bahwa dirinya belum mau melakukan hubungan sejauh itu. namun malam ini, ia sudah bersiap-siap untuk melakukannya tapi apa yang selama ini Alena lihat memang sama dengan yang akan ia dapatkan dari Adi.
"Ga usah ketawa! Lo kan tau kalo gue selama ini cuma main cium sana sini doang. Ya paling grepe-grepe tapi kan ga pernah dia liatin semuanya, mana gue tau kalo aslinya cuma segede itu."
"Jadi karena ukurannya mengecewakan lo batalin rencana lo buat lepas perawan sama dia?"
Alena menyandarkan kepalanya saat bertemu dengan lampu merah dan menunggu giliran mobilnya untuk melaju kembali. "Ya abis gimana dong, Cha. Masa gue ngasih keperawanan gue sama cowok yang itunya kecil. Gue kan maunya punya pengalaman pertama sama cowok yang akan memuaskan gue. Biar gue bisa punya patokan buat cari suami nantinya."
![](https://img.wattpad.com/cover/342292012-288-k282f49.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sang Pangeran
RomanceOPENING Dalam tidurnya, Alena mendengar seseorang memanggil namanya namun matanya tidak ingin terbuka karena kelelahan dan ia masih butuh tidur untuk waktu yang lama. Tapi beberapa waktu kemudian, ia merasakan punggungnya dihujani ciuman hangat hing...