Alena mengenakan pakaian yang disediakan oleh pihak kerajaan.
Sebuah dress selutut yang sopan dan anggun. Sangat bukan tipe pakaian Alena namun karena sudah diputuskan oleh pihak kerajaan maka ia memakai apa yang diberikan.
Jadwal pagi ini adalah sarapan bersama. Alena melihat Nuri dan memutuskan duduk di samping wanita itu.
Nuri tersenyum saat melihat Alena menarik kursi di sebelahnya. "Hai, Len."
"Hai. Gimana, tidur kamu nyenyak semalam?"
Nuri mengangguk dengan antusias. "Kamarnya indah, bangunan kastilnya mewah. Apalagi aku juga ngga sabar ketemu sama raden mas." Bisik Nuri agar tidak terdengar oleh peserta lain.
Alena menahan dirinya untuk tidak mengatakan bahwa ia sudah bertemu Radit lebih dulu semalam. Ia hanya tersenyum menanggapi ocehan Nuri.
Beberapa waktu kemudian, ia melihat Radit memasuki ruangan dengan ekspresi datar. Pria itu bahkan tidak menyambut para kontestan seperti yang dilakukan ratu sebelumnya.
Alena mengerutkan kening melihat sikap pria itu. yang berada di dalam ruangan ini adalah calon istrinya namun pria itu sama sekali tidak menaruh perhatian pada mereka. Termasuk dirinya. Pikir Alena.
"Selamat pagi mas." Sapa wanita berbaju kuning yang jika Alena tidak salah ingat, berasal dari Sumatera.
Radit mengangguk kaku lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh peserta. Radit menatap Alena lebih lama dari kontestan lain namun tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena pria itu juga tidak berbicara apapun setelahnya.
Mereka melanjutkan sarapan pagi dengan hening. Radit sepertinya tipe pria yang tidak suka berbicara saat makan. Entahlah. Alena juga sibuk menghabisi hidangan untuk membayar jatah makan malam yang tidak ia dapatkan semalam lantaran niatnya terganggu oleh Radit.
Setelah semua hidangan disajikan dan Radit menyantap habis yang diberikan pelayan. Ia berdiri lalu berdeham seolah ingin semuanya memperhatikan dirinya padahal sedikit gerakan darinya saja sudah pasti mengundang perhatian dari para peserta.
Derit kursi terdengar saat pria itu memundurkan benda tersebut agar memberi ruang.
"Saya akan menemui kalian satu persatu, hari ini." Radit memandang seluruh peserta lagi, lalu kembali ke ALena. "Keputusannya akan keluar esok hari. Tiga orang akan dipulangkan dari sini. hanya dua yang akan saya pilih untuk proses selanjutnya agar saya dapat fokus mencari mana yang terbaik diantara kalian." Ucap pria itu, sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh ibunya di hari pertama kedatangan mereka.
"Saya akan memulai dengan peserta bernama Nuri. Temui saya satu jam lagi di ruang baca."
Suara tarikan napas terkejut terdengar jelas dari telinga Alena. Setelah pria itu mengumumkan berita itu, ia pergi meninggalkan ruangan.
Alena tiba-tiba saja merasakan cengkraman di tangannya. "Len, gimana nih?"
Alena iri pada Nuri karena sebentar lagi akan menghabiskan waktu berdua dengan Radit namun ia tersenyum untuk menyemangati teman barunya itu. "Kamu pasti bisa. Raden mas akan suka sama karakter kamu." Ucapnya meyakinkan hati Nuri. Bagaimanapun wanita itu memang memiliki kepribadian yang ramah.
Setelah acara sarapan dibubarkan, masing-masing peserta kembali ke kamar menunggu gilirannya untuk dipanggil.
=-=
Entah bagaimana Alena dapat bertahan selama ini di dalam kamar.
Hari sudah menjelang malam namun masih belum ada orang yang memanggilnya untuk bertemu dengan pangeran. Membuatnya kesal dan tidak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sang Pangeran
Любовные романыOPENING Dalam tidurnya, Alena mendengar seseorang memanggil namanya namun matanya tidak ingin terbuka karena kelelahan dan ia masih butuh tidur untuk waktu yang lama. Tapi beberapa waktu kemudian, ia merasakan punggungnya dihujani ciuman hangat hing...