Radit meninggalkan Alena yang masih terguncang. Ia tidak percaya dirinya dikelabui oleh iblis itu.
Alena sedikit lega saat pria itu keluar dari kamarnya dan membiarkan Alena sendirian. Ia menangis semalaman karena merasa dirinya kotor dan hina saat mengingat ia mencapai puncak kenikmatan dengan pria yang paling ia benci.
Hingga akhirnya Radit kembali memasuki kamarnya dan melihat wanita itu sudah terlelap. Radit duduk di ranjangnya dan melihat bulu mata wanita itu masih basah karena menangis sebelum akhirnya tertidur.
Alena tertidur dengan posisi menelungkup, mungkin karena punggungnya masih perih. Radit mengecup luka wanita itu sebelum ia menutupnya dengan selimut. Setelahnya, ia memeluk wanita itu dengan hati-hati dan menghindari lukanya sebelum menyusul Alena yang sudah tertidur lebih dulu.
=-=
Pagi harinya, Alena terbangun sendirian di ranjang yang besar itu. Entah Radit mana yang menjalani hari ini namun Alena tidak ingin mengambil risiko. Wanita itu mengambil barang-barangnya dan kembali ke kediamannya sendiri.
Setelah mandi dan berpakaian, Alena berjalan-jalan di area bangunannya sendiri. Mencari hal-hal yang bisa ia lakukan. Saat menuju ke dapur, ia melihat Retno sedang membawa seprai dan selimut yang baru saja di cuci.
Alena memanggilnya dan wanita itu berhenti.
Retno melihat Alena dan buru-buru menghampirnya. "Raden ayu." Panggil wanita itu yang membuat kening Alena berkerut. Ia lupa bahwa saat posisinya menjadi istri sang pangeran, semua orang mendadak akan memanggilnya dengan sebutan itu.
"Kamu ngga apa-apa kan, Retno?"
Retno menggeleng. "Kami semua dilepaskan setelah Raden ayu dan raden mas pergi."
Alena lega mendengarnya.
"Saya dengar punggung den ayu juga terluka parah." Wanita itu mengkhawatirkan Alena yang menyelamatkannya dari pencambukan kemarin.
Alena mengibaskan tangannya. "Ngga apa-apa."
"Alena." Seseorang memanggil Alena. Retno terburu-buru membungkuk pada sumber suara itu.
Ibunda ratu bersama para dayangnya menghampiri Alena. dalam hati Alena bingung karena sang ratu sampai mengunjungi kediamannya yang kecil dan terpencil.
Alena tersenyum menyambut. "Ratu." Ia menganggukan kepala sebagai tanda hormat.
"Bisa kita bicara sebentar?"
Alena menuntun mereka ke ruang tamu dan meminta Retno menyiapkan jamuan sederhana untuk sang ratu yang mendadak muncul.
Alena dan sang ratu duduk berhadapan. Wanita paruh baya itu tampak masih terlihat anggun dan cantik dalam pakaian kerajaan yang sederhana. Ia memperhatikan menantunya dengan teliti. Memeriksa apakah ada sesuatu yang terjadi pada Alena.
"Kamu baik-baik saja?"
Alena tidak yakin apa pertanyaan sang ratu mengenai punggungnya yang terluka atau hatinya? Namun ia hanya mengangguk sebagai jawaban. "Saya baik-baik saja ratu."
Sang ratu membenarkan duduknya, seolah gelisah membahas hal-hal ini dengan Alena namun wanita itu tetap melanjutkan pembicaraannya. "Maksud saya, raden mas tidak melakukan apapun sama kamu kan semalam?"
Semalam yang di maksud kanjeng ratu yang mana ya? Apa saat mereka berdua berc*inta? Alena tampak berpikir kebingungan dan sedikit tersipu malu. Sang ratu dapat melihat ekspresi itu dengan jelas. "Ah, maksud saya bukan 'itu'." Ratu mengutip kata itu dengan dua jarinya. "Saya rasa kamu sudah mengetahui sesuatu tentang sifat raden mas, pada malam-malam tertentu."
![](https://img.wattpad.com/cover/342292012-288-k282f49.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sang Pangeran
RomansaOPENING Dalam tidurnya, Alena mendengar seseorang memanggil namanya namun matanya tidak ingin terbuka karena kelelahan dan ia masih butuh tidur untuk waktu yang lama. Tapi beberapa waktu kemudian, ia merasakan punggungnya dihujani ciuman hangat hing...