Setelah pembicaraan yang menyebalkan dengan Radit tadi siang, Alena masih tidak ingin menyerah.
Pria itu mengusirnya tadi namun Alena kembali beberapa jam kemudian. Saat waktu sudah malam. para pengawal tidak ada di depan pintu masuk. Walau Alena tidak mengerti waktu-waktu apa saja pengawal itu akan berada di sana atau tidak.
Alena masuk ke dalam bangunan istana samping kediaman pria itu. Apa pria itu sedang mengunjungi simpanannya? Kakinya melangkah menuju deretan kamar yang menurut Retno adalah kamar mereka. Di lantai satu, berdekatan dengan kamar pelayan di sana. Hanya saja lebih luas dan lebih bagus.
Alena mengetuk pintu itu satu persatu. Seseorang keluar dari balik pintu tersebut. Alena tidak pernah bertemu dengan mereka secara langsung namun wanita pertama yang membukakan pintunya nampak mengenal Alena. wanita itu menundukkan badannya sebagai tanda hormat. "Raden ayu." Ucapnya.
Alena mengangguk. "Bukan kamu yang bertugas malam ini?" Tanya Alena.
Wanita itu menggeleng. "Bukan, den."
Alena meninggalkan wanita itu. "Oke." Lalu ia pergi ke pintu selanjutnya, dan mengetuk kembali.
Wanita kedua muncul dari balik pintu dengan menggunakan busana tidur yang tipis dan menurut Alena cukup terbuka. "Kamu yang bertugas malam ini?"
Wanita itu terkejut karena sang putri raja muncul di depan kamarnya dan bertanya demikian. Ia lalu menggelengkan kepalanya. "Bukan saya, den ayu."
Alena mengerutkan kening. Ia kira wanita itu sedang mempersiapkan diri untuk bertemu Radit.
"Sepertinya malam ini giliran Sandra."
"Di mana kamarnya?"
"Yang ini, den." Wanita itu menunjuk sebuah pintu di seberang kamarnya.
Alena mengetuk kamar itu lumayan lama namun tidak ada jawaban.
"Sepertinya Sandra sudah naik." Ucap wanita kedua yang masih berdiri di depan pintu kamarnya menunggu Alena.
Alena mengangguk. "Ok, terima kasih." Dia ingin saja bersikap ramah pada orang lain, namun kedua wanita itu adalah simpanan suaminya. Bagaimana lagi dia harus bersikap?
Alena menaikki tangga menuju kamar Radit. Tanpa mengetuk, wanita itu menerobos masuk.
Benar apa kata wanita tadi. Sandra, yang katanya bergiliran malam ini, sudah naik. Alena menemukan suaminya sedang mencium seorang wanita dengan penuh gairah di pangkuannya. Tangan pria itu berada di rambutnya, menjambak dengan kasar sambil melumat bibirnya. Alena asumsikan itu adalah Sandra.
Radit melepaskan dirinya dan memejamkan mata menahan amarah saat melihat Alena berdiri di depan kamarnya. Sandra pun ikut menoleh karena bingung Radit tiba-tiba melepaskan ciumannya.
"Pergi." Ucap Radit.
Sandra melihat pada Alena yang masih bergeming di depan pintu.
"Aku bilang pergi, Sandra!" Sandra kaget dan menoleh pada Radit. Tidak percaya pria itu mengusirnya begitu saja sebelum mereka mulai. Padahal Sandra sudah menanti-nantikan malam gilirannya tiba. Sudah hampir beberapa minggu pria itu tidak memanggilnya.
"Tapi tuan.."
"Pergi!" Bentak Radit.
Sandra berdiri dan mengambil jubah tidurnya dari lantai lalu dengan kesal ia berjalan keluar.
Alena melihat wanita itu memunguti pakaiannya yang sangat tipis dan tidak pantas. Wanita itu juga menatapnya dengan kesal walaupun menundukkan kepalanya saat melewati Alena.
Alena terbelalak melihatnya. Berani sekali dia? Hampir saja Alena akan menegur wanita itu namun tangannya lebih dulu di seret masuk oleh Radit.
"Apa kamu sudah mulai gila sekarang?" Desis pria itu tajam.
"Terakhir aku cek masih waras."
"Hentikan candaanmu." Radit memperingati.
"Aku bertemu dengan semua simpananmu hari ini." Terang Alena.
Radit menatap wanita itu, ingin tahu poin apa yang ingin di sampaikan Alena walaupun ia sudah dapat menebaknya. "Dan?"
"Jika kamu membutuhkan tiga, aku mungkin hanya dua. Atau satu juga oke."
"Hentikan Alena. keluar dari sini jika kamu masih ingin membahas itu."
Alena bersikeras dengan tawarannya. "Oke, satu aja kalo gitu. Ada temanku yang aku yakin akan bersedia menjadi simpananku. Simpanan sang putri raja terdengar oke."
Radit sudah muak dengan pembicaraan ini. Ia menutup pintu dan melahap bibir wanita itu agar menutup mulutnya.
Alena melepaskan bibirnya. Matanya melotot pada pria itu.
"Kamu mengangguku dengan Sandra. Itu artinya kamu siap untuk menggantikannya malam ini."
Alena mengangkat tangannya. Ia memegang ujung jubahnya yang panjang untuk mengelap mulut pria itu. "Ada bekas bibir wanita itu di sini. Aku ngga sudi." Ucap Alena berusaha menghilangkan jejak wanita itu.
Radit memandang Alena dan membiarkannya.
"Aku rasa kamu harus mandi dulu." Alena melakukan itu hanya ingin membuat Radit kesal.
"Berhenti sebelum aku juga menyeretmu ke kamar mandi bersama."
Alena menutup mulutnya. "Aku kembali ke kamar. Udah malem."
Tentu saja Radit tidak membiarkan wanita itu pergi begitu saja. "Kamu tahu ini malam." pria itu menarik Alena ke dalam pelukannya dan memagut bibir itu kembali.
Alena tidak ingin berhubungan dengan Radit si iblis, namun bagaimanapun pria itu suaminya dan ia tidak suka berbagi. Ia tidak ingin pria itu menghabiskan malamnya bersama wanita lain. Harga dirinya tersentil. Bukan karena cemburu, hanya saja ia merasa itu tidak adil.
Akhirnya Alena membiarkan Radit menciumnya. Ia bahkan memeluk leher pria itu. Karena itu Radit menggeram dalam ciuman mereka. Pria itu merasa mendapat lampu hijau dari Alena. radit membawa Alena ke atas ranjangnya tanpa melepaskan ciumannya sama sekali.
Pria itu menumpahkan hasratnya pada Alena tanpa henti. Entah berapa kali mereka berdua mencapai puncak walaupun pada akhirnya Alena memintanya berhenti karena sudah tidak bisa bertahan lagi.
"Please.." rintihnya sambil menahan tubuh Radit, mendorongnya untuk menjauh dari Alena. "Udahan dong, aku capek."
"Kamu menyuruh Sandra pergi."
Alena terengah-engah, tubuhnya sudah lemas. Namun Radit tidak mendengarnya. Pria itu mulai menciumi leher Alena kembali. Entah sudah empat atau lima kali mereka org8sme, pria itu masih memiliki staminanya.
Alena menyerah. "Sana, sana, pergi dan temui Sandra."
Bahu Radit di dorong untuk menjauh, pria itu tanpa sadar tersenyum melihat istrinya menyerah. Dengan mata terpejam karena tenaganya terkuras habis. Ia tidak akan pernah bisa berhenti menginginkan wanita itu namun Radit memutuskan untuk berhenti karena istrinya kelelahan. Bahkan hingga wanita itu menyerah dan mengijinkannya untuk kembali menemui Sandra, simpanannya.
Radit mendengus, mana bisa dia kembali pada wanita lain setelah merasakan istrinya?
Radit memandang Alena. hari ini wanita itu bertingkah aneh, entah darimana sumber keberanian Alena namun istrinya dengan tegas menolak simpanan-simpanan yang ia pertahankan di istana ini. Mereka adalah wanita yang telah terikat secara sah untuk menjadi simpanannya. Keberadaan mereka hanya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Dia sadar betapa buasnya monster dalam dirinya. Maka mereka ada untuk menjadi sasarannya sebelum ia melakukan itu kepada orang lain. Mereka dibayar untuk itu.
Tapi malam ini, istrinya yang mungil tiba-tiba saja datang dan menghancurkan pertahanannya. Ia sudah berusaha untuk tidak datang ke kediaman Alena pada malam ini karena ia merasa dirinya sedang butuh melampiaskan seluruh energinya namun justru istrinya datang dan menghancurkan rencananya. Ia tidak bisa memilih wanita lain saat ada istrinya di depan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sang Pangeran
عاطفيةOPENING Dalam tidurnya, Alena mendengar seseorang memanggil namanya namun matanya tidak ingin terbuka karena kelelahan dan ia masih butuh tidur untuk waktu yang lama. Tapi beberapa waktu kemudian, ia merasakan punggungnya dihujani ciuman hangat hing...