Pulang

86 9 0
                                        

Sudah lebih dari seminggu Alena kembali ke rumahnya. Orangtuanya sempat terkejut atas keputusan yang di ambil putrinya. Seluruh keluarganya kecewa karena ia tidak meneruskan pernikahan dengan sang pangeran namun berhasil mereka sembunyikan dengan baik.

Karena itu kali ini Alena memutuskan sudah waktunya untuk kembali ke kampusnya. Menyusun tugas akhir agar bisa mendapatkan gelarnya dengan tepat waktu.

Semua teman-temannya bertanya mengapa ia membatalkan pernikahan namun Alena hanya menanggapi pertanyaan mereka dengan candaan yang berubah-ubah setiap waktu.

Benar prediksi Echa tempo hari, jika orang-orang memang akan terobsesi dengan apapun yang berhubungan dengan keluarga kerajaan. Buktinya, setelah kabar batalnya pernikahan mereka merebak dan ia kembali ke kampus, banyak beberapa pria, yang bahkan tidak pernah ia kenal, mendekatinya.

Seolah akan menjadi suatu kebanggan bagi mereka jika dapat berpacaran dengan mantan calon istri seorang pangeran.

Di sisi lain, para wanita banyak yang mencela karena merasa Alena tidak secantik itu hingga pantas menjadi rebutan. Namun ia tidak menanggapi hal tidak penting seperti itu. Alena menyibukkan diri untuk dekat dengan pria lain, bukan karena ia mencari keuntungan. Melainkan agar ia dapat melupakan pria itu. Agar ia dapat melupakan Radit, yang baik maupun yang jahat.

Sore ini, pulang dari kampusnya, Alena menghabiskan waktu bersama Ricky di sebuah café. Setelah waktu menunjukan pukul delapan malam, Ricky mengantarnya pulang. Sebelum Alena keluar dari mobil, pria itu berbicara padanya.

"Len, besok malem minggu aku jemput kamu keluar boleh?"

Alena berpikir sebentar sebelum menjawab. "Boleh."

"Oke, sampai ketemu besok!" Ucap pria itu senang.

Alena keluar dari mobil itu dan masuk ke dalam rumahnya.

=-=

Keesokan harinya, Alena bersiap-siap sambil menunggu Ricky datang menjemput namun hingga waktu hampir menunjukan pukul Sembilan, pria itu masih belum ada menghubungi Alena. Akhirnya ia duluan yang menghubungi pria itu.

"Halo?"

"Rick, kamu udah jalan?"

"Len, sorry. Aku kecelakaan kemarin pulang dari rumah kamu, hari ini terpaksa batal ya."

"Ya ampun, kamu di mana sekarang, aku jemput ya?" Alena terkejut mendengar jawaban Ricky.

"Ngga usah Len, aku ngga apa-apa. Udah dulu ya, bye!"

Alena mengernyitkan wajahnya dan berpikir apa ia melakukan kesalahan kemarin sehingga Ricky tidak mau ia menjenguknya?

Sudahlah. Apa boleh buat?

Alena memandang pantulan dirinya di cermin. Tubuhnya sudah dibalut dengan dress hitam ketat dan polesan makeup tipis agar membuatnya sedikit segar. Sayang sekali jika ia harus menghapus makeup dan mengganti bajunya.

Akhirnya ia memutuskan untuk tetap pergi walaupun tanpa Ricky.

Alena memesan taksi karena sopirnya sedang pergi mengantar kedua orangtua Alena ke sebuah acara.

Di dalam taksi online, ia mengajak Echa untuk menemaninya namun temannya itu sedang bersama pacarnya. Tentu saja, ini malam minggu. Batin Alena.

Alena menekan tombol Adi. Sudah sangat lama ia tidak berbicara dengan pria itu.

"Di?" Adi mengangkat panggilan dari Alena dalam hitungan kurang dari tiga detik.

"Len? Kenapa?"

"Gue lagi di jalan, mau ke Santiago bar. Mau join?"

Simpanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang