Alena tidak mengerti mengapa sang ratu terlihat tersinggung dan marah dengan pertanyaan itu. Sang ratu pergi begitu saja setelah menjawab pertanyaan Alena dengan singkat. "Tentu saja tidak."
Alena ditinggalkan sendirian setelah berbicara dengan sang ratu. Apakah dia salah bicara? Sepertinya tidak. Seorang raja dan pangeran diperbolehkan untuk memiliki wanita simpanan, mengapa ratu dan putri tidak boleh?
Alena mengedikkan bahu, entahlah. Semua hal mengenai kerajaan ini membuatnya bingung. Alena ingin mendiskusikan hal ini dengan Radit. Namun tentu saja, Radit yang dalam kondisi baik. Bukan saat ketika pria itu berubah seperti iblis.
Alena turun dan berjalan keluar dari gedungnya menuju kediaman Radit. Seperti biasa, tempat itu selalu memiliki penjaga di siang hari. Alena menatap mereka dengan malas saat salah seorang pengawal menghadang jalannya.
"Maaf den ayu, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin bertemu dengan raden mas."
"Boleh saya yang menyampaikan kepentingan raden ayu kepada yang mulia?"
Alena mengerutkan keningnya kesal. "Saya ingin menyampaikan aspirasi mengenai kehidupan ranjang kami berdua. Apa kalian mau membantu untuk menyampaikan itu?"
Salah satu pengawal itu berdeham. "Silakan masuk den ayu."
Alena memutar bola matanya saat melewati mereka berdua. Ia lantas menuju ruang kerja pria itu. Dimana Radit selalu menghabiskan waktunya di tempat tersebut saat bekerja dan mengurus tugas negaranya.
Alena mengetuk.
"Masuk."
Wanita itu melongokkan kepala untuk melihat keberadaan pria itu. Radit menatap tajam dan dingin pada Alena yang sedang bertingkah konyol di pintu ruang kerjanya.
Alena mendeteksi tatapan maut itu. Itu milik si monster. Bukan Radit yang ingin ia temui. Lantas wanita itu menegakkan badannya kembali dan berkata, "ah, ngga jadi. Lanjutkan pekerjaanmu."
Alena menutup pintunya dengan pelan, tidak ingin memancing amarah pria itu.
"Alena, masuk!"
Pria itu memerintah dari balik ruangan. Alena menggigit bibirnya, jika ia kabur dan tidak menuruti perintahnya apakah Radit akan marah dan menghukumnya?
"Alena!" Teriak pria itu lagi.
Alena tersentak lalu buru-buru masuk ke dalam ruangan itu. "Apa?"
Radit menatap padanya seolah Alena wanita bodoh. "Apa katamu? Kamu yang lebih dulu datang ke sini."
"Euh.." Alena tidak ingin mendiskusikan hal itu dengan Radit yang ini. "Nanti aja aku balik lagi." Ia sudah hampir memutar badannya dan keluar saat melihat Radit melemparkan pulpennya ke atas meja dengan tidak sabar. Alena lalu berjalan dan menghampiri itu daripada dia dikejar oleh si iblis.
"Ada sesuatu yang mau aku bicarakan."
"Apa itu?" Radit tentu penasaran saat Alena datang mencarinya. Pria itu menyelidiki raut wajah Alena, wanita itu menyadari bahwa dirinya bukan Radit yang ingin Alena temui.
"Pertama-tama, kemana Radit?"
"Apa maksud kamu?" Pria itu mengerutkan kening.
"Radit yang itu, bukan kamu."
"Aku Radit."
"Bukan yang menyebalkan. Maksudku yang baik."
"Kami orang yang sama."
Alena ingin menyanggah namun ia malas berdebat dengan pria itu. "Yah, sudahlah."
"Apa yang ingin kamu bahas? Waktuku tidak banyak. Aku sibuk."

KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sang Pangeran
RomanceOPENING Dalam tidurnya, Alena mendengar seseorang memanggil namanya namun matanya tidak ingin terbuka karena kelelahan dan ia masih butuh tidur untuk waktu yang lama. Tapi beberapa waktu kemudian, ia merasakan punggungnya dihujani ciuman hangat hing...