0.1 Narcissus Daffodil

55 21 32
                                    

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

"Baiklah, saya akhiri pertemuan hari ini..," ucap seorang pria paruh baya yang baru saja menyelesaikan kalimat penjelasan tentang materi terakhirnya

Terdengar beberapa helaan napas panjang dari mahasiswa yang berada di dalam ruangan yang didominasi warna putih tersebut. Beberapa jam telah mereka habiskan untuk duduk dengan tenang dan mendengarkan materi tentang neuropsikiatri.

"Terima kasih pak!" seru mereka secara bersamaan dengan nada yang terdengar semangat namun, wajah kurang tidur khas anak kedokteran tak bisa disembunyikan.

Ucapan terima kasih mereka membuat pria yang bertitle dosen itu tersenyum hangat, "Bapak tinggal dulu ya, selamat siang semua." balasnya sembari keluar ruangan dengan menenteng tas laptop berwarna hitam.

Mahasiswa dan mahasiswi yang ada di sana kini memasukkan semua laptop serta alat tulis mereka ke dalam tas masing-masing. Tak terkecuali gadis dengan rambut lurus hampir sepinggang itu, ia dengan cekatan memasukkan semua barang-barangnya sembari sesekali melihat jam tangan kecil berwarna coklat.

"Aduh, keburu ngga ya?" gumamnya bermonolog sendiri, dengan wajah gusar ia lalu memakai tas ransel miliknya.

Seseorang yang ada di bangku belakang hanya mengulas senyum simpul sambil mengulurkan sebuah air mineral berukuran 100 mili.

"Hati-hati Bin, jangan sampai jatuh lagi pas ngejar bus."  ucapnya dengan volume yang rendah namun tetap dapat terdengar oleh Binar.

Binar seketika menoleh ke belakang dan menyambut air putih itu, lalu mengerucutkan bibirnya, "Makasih Acelnya aku!" ia sontak memeluk dan mencium pucuk kepala sahabatnya itu

"Udah elah, buruan ntar di omelin sama kak Daniel!" seru Grace sambil bergidik ngeri dengan sentuhan cinta itu

Yang mendengarkan hanya nyengir hingga gigi kelincinya terlihat. Sahabatnya yang satu itu namanya Gracelya Tamara, ia memang tak suka skinship. Grace dan Binar bagaikan dua magnet yang berada di kutub yang sama. Yah, saling bertolak belakang.

"Gue pergi dulu yaa, dadah Acel!" pamit Binar sembari melambaikan tangannya ke arah Grace dan pergi melewati pintu keluar yang ada di sana.

Grace juga ikut melambaikan tangan sembari menatap punggung Binar yang mulai menjauh. Sebenarnya ia bisa saja mengantar Binar dengan mobilnya, namun Binar selalu menolak mentah mentah.

"Kita itu ngga searah Cel, lagian gue mau olahraga sambil ngejar bus." ungkap Binar setiap Grace ingin menawarkan tumpangan.

Binar dan Sembilu [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang