0.9 Dianthus Caryophyllus

20 4 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Di tengah kota, berdiri sebuah perpustakaan dengan arsitektur klasik dan jendela besar yang memancarkan cahaya alami. Di dalam, rak-rak buku yang menjulang hingga langit-langit penuh dengan berbagai genre dan zaman, mengundang penjelajahan.

Di tengah ruangan, meja-meja kayu besar dengan kursi empuk ditempati oleh beragam orang.

"Huftt.."

Salah satunya seorang lelaki yang sedang duduk di salah satu kursi empuk perpustakaan tersebut, yang entah sudah berapa kali menghela napasnya. Setelah puas mengacak-acak rambutnya frustasi, ia merebahkan kepalanya diatas meja lalu menutup seluruh wajahnya menggunakan buku tebal yang bertuliskan Keterampilan Klinik OSCE.

"Jasen, lo ngga apa apa kan? frustasi banget kayaknya," ujar seorang gadis dengan rambut di cepol sederhana di depannya, yang sedari tadi juga ikut tak bisa fokus dengan buku-buku catatannya.

"Gue mau gila, Bin."

Binar spontan tertawa kecil sambil menggelengkan kepala mendengarnya. Memang jika sudah dihadapkan dengan ujian Objective Structured Clinical Examination atau yang disingkat OSCE memang kadang bisa membuat mahasiswanya hampir gila kepalang.

"Ini ujiannya ngga bisa nanti aja apa? harus banget besok?" celetuk lelaki yang mempunyai bahu lebar itu

Jasen masih tak mengubah posisinya, namun kini lengannya yang kokoh ia gunakan untuk menopang kepalanya. Pandangan yang kosong menghadap lurus ke arah jendela perpustakaan. Lelaki itu benar-benar terlihat tak bertenaga. Jiwa reognya seakan hilang entah kemana.

"Lo berantem ya sama Lavanya?"

"Hm."

Bibir Binar sontak membulat sempurna, ia akhirnya paham kenapa Jasen begitu tidak bersemangat hari ini. Binar melanjutkan kegiatan belajarnya dengan cara menyalin catatan tulisan tangannya ke word yang ada di laptop. Ia membiarkan Jasen larut dalam dunianya yang mungkin saja sekarang sedikit kelabu. Karena bagi Jasen, hubungannya dengan Lavanya adalah sumber energi yang mutlak.

Drrttt..

Pesan baru muncul dari layar notifikasi ponsel Binar, gadis itu pun dengan cepat membuka room chat miliknya. Itu ternyata pesan dari Dariel. Binar mengetikkan sesuatu di keyboardnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Jasen.

"Sen, Dariel kayaknya ngga bisa join ke sini deh," ungkap Binar dengan volume suara yang kecil mengingat ia sedang berada di perpustakaan sekarang.

"Kenapa?"

Dengan gerakan pelan Jasen memperbaiki posisi duduknya lagi. Lelaki itu duduk tegak sembari menghela napas pelan. Ia mengusap wajahnya beberapa kali, berharap rasa kantuknya ikut hilang.

Binar dan Sembilu [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang