___
Hari itu adalah awal bulan februari. Lelaki berumur 19 tahun duduk di atas motor vespa dengan raut wajah gusar. Ia kemudian menengadah, dilihatnya cakrawala yang terlihat lebih murung dari pada biasanya. Awan pun terlihat sangat tebal sehingga menghalangi sang surya memancarkan sinarnya.
"Binar, cepetan!" pekik lelaki itu sambil sesekali menyalakan klaksonnya
"Adek kok gitu manggilnya?!"
Seorang wanita paruh baya keluar dari balik pintu utama, diikuti dengan anak gadisnya yang membuat wajah meledek khas kakak yang jahil.
"Binar, Jayden emang suka gitu ya manggil kamu?" tanyanya kepada Binar yang kini sedang terlihat sibuk memakai sepatu
Binar menggeleng pelan, sementara orang yang dimaksud hanya mendengus sebal. Dirinya sudah menunggu di halaman rumah selama setengah jam. Namun ia tau yang lama itu bukan Binar, namun ibunya kandungnya.
Ibu Jayden sangat ingin berbicara lebih lama dengan anak yang sudah ia anggap sebagai darah dagingnya sendiri.
"Binar sayang, kamu sering-sering ya ke sini. Jangan di apartment mulu. Bunda kesepian banget kalo ngga ada kamu." ujarnya sembari mengelus puncuk kepala Binar dengan hati-hati.
Binar tersenyum lembut, ia pun mendekap bibinya dengan erat. "Iya bunda, kalo aku ada waktu luang pasti mampir kok." balasnya
Jayden yang melihat itu hanya termenung sebentar, ia telah lama menyadari ibunya sangat menyayangi Binar. Ia tak akan pernah iri akan hal itu, karna ia juga merasakan hal yang sama.
Jayden akan selalu menyayangi Binar sebagai saudaranya sendiri.
Beberapa menit setelahnya berakhirlah sesi perpisahan yang dilakukan bak ibu dan anak itu. Jayden lalu menyalakan mesin motornya "Aku sama Kak Binar berangkat dulu ya bu..," pamitnya
Gadis dengan kardigan berwarna coklat susu itu pun mencium punggung tangan sang bibi, "Aku pamit ya bun!" ucap Binar sembari menaiki motor Jayden
Rahayu, wanita itu pun melambai kepada keduanya dengan wajah sumringah, "Hati-hati dua kesayangan ibu!"
Motor vespa matic berwarna putih itu melaju ke arah jalan raya dan meninggalkan perkarangan rumah. Selama 5 menit perjalanan, Jayden terlihat beberapa kali melihat jam tangan miliknya.
"Lo masuk kelas jam berapa?" tanya Binar memecah keheningan diantara mereka, ia juga sesekali menengadah.
Wajah Binar juga terlihat gusar, takut jika mereka tidak sampai ke kampus karena hujan akan mendahului mereka berdua.
"Jam 10 sih, cuma gue ada janji sama orang." ujar yang lebih muda
Binar dengan senyum jahilnya kemudian menelisik wajah Jayden dari arah kaca spion, Jayden yang merasa dirinya sedang diintimidasi hanya menggeleng keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar dan Sembilu [On-Going]
Teen FictionSebuah kisah tentang Binar dan Bentala, dua manusia yang berlainan namun saling terbelenggu. Binar akan selalu ada untuk Bentala, seperti matahari yang akan selalu menyinari bumi. Tapi matahari seakan lupa, perihal bumi tak pernah sekalipun meminta...