Happy reading 💚💚
“Aku mau besok laporan itu sudah harus ada dimejaku.” Perintah Taeyong pada karyawannya pada bidang marketing.
Taeyong baru saja membaca laporan penjualan produk terbaru yang baru saja diluncurkan oleh perusahaannya. Tapi salah satu karyawan yang baru saja melaporkan hasil penjualan yang dimintanya kemarin tidak sesuai dengan keinginannya. Sehingga Taeyong harus meminta karyawannya itu untuk membuat laporannya kembali.
“Baik Sajangnim.” Ucap karyawan itu menerima perintah dari Taeyong.
Ketika Taeyong masih berbicara dengan karyawannya itu, pintu ruang kerjanya terbuka menampilkan sosok sang bunda dari balik pintu itu. Taeyong merasa cukup terkejut saat melihat kedatangan sang bunda. Taeyong menjadi penasaran ada tujuan apa sampai ibunya dating menemuinya di kantor.
“Kau bisa kembali bekerja.” Ucap Taeyong menyuruh karyawannya untuk kembali keruang kerjanya.
“Baik Sajangnim, kalau begitu saya permisi.” Karyawann itu membungkuk hormat pamit kembali keruangnya. Tak lupa karyawan itu juga membungkuk hormat pada wanita paruh baya yang karyawan itu tau adalah ibu dari bosnya.
“Bunda ada apa datang ke kantor?” tanya Taeyong yang langsung bangkit dari kursinya lalu berjalan menghampiri sang bunda.
“Memangnya Bunda tidak boleh menemuimu di kantor?” Bukannya menjawab pertanyaan Taeyong, Tiffany justru balik bertanya pada Taeyong.
“Bukannya tidak boleh, aku hanya kaget saja Bunda datang kekantorku.” Tak ingin membuat sang bunda salah paham, Taeyong langsung memeluk pundak sang bunda.
“Ada yang mau Bunda bicarakan padamu.” Ucap Tiffany akhirnya mengucapkan tujuannya menemui Taeyong.
“Duduk dulu.” Taeyong pun mengajak sang bunda untuk duduk disofa yang ada di ruang kerjanya.
“Apa yang mau bunda bicarakan denganku.?” Tanya Taeyong pada Bundanya.
Sejenak Tiffany menghela nafas sebelum memulai berbicara, “Kemarin Bunda sudah menemui Jennie. Haruskah kau melakukan ini pada gadis sepolos Jennie? Gadis itu akan kehilangan masa depannya karena menuruti keinginan gilamu. Tak bisakah kau mencari seorang perempuan yang bisa kau jadikan istri saja.”
Taeyong cukup terkejut saat mengetahui bahwa Bundanya sudah bertemu dengan Jennie, tapi mengapa Jennie tidak berbicara soal hal ini pada dirinya?
“Aku tidak pernah memaksanya untuk menuruti keinginanku, Jennie sendiri yang mau menerima tawaran itu.” Ucap Taeyong membela diri.
“Tapi kau mengambil kesempatan karena dia membutuhkan uang untuk biaya operasi adiknya. Tidak bisakah kau melepaskannya? Jennie adalah gadis polos Taeyong.” Ucap Tiffany masih mencoba membuat putranya itu sadar.
“Aku tidak akan melepasnya.” Ucap Taeyong tegas.
“Apa karena kau sudah membayar Jennie, sehingga kau tidak bisa melepaskannya?” tanya Tiffany pada Taeyong.
“Bunda dan Ayah ingin memiliki cucu kan? Aku akan memberikan itu dan Jennielah yang akan membantuku untuk bisa memberikan Bunda dan Ayah cucu.” Ucap Taeyong.
“Tapi Ayah dan Bunda ingin mendapatkan cucu darimu dari hasil pernikahanmu, bukan dengan cara seperti yang mau kau lakukan.” Ucap Tiffany.
“Bunda, sudah berapa kali aku bilang, aku tidak akan pernah menikah. Jadi aku harap Bunda bisa mengerti keputusanku.” Ucap Taeyong yang sudah merasa bosan mendengar permintaan bundanya, yang ingin melihatnya menikah.
“Sudahlah, aku masih ada rapat, jadi sekarang aku harus pergi.” Ucap Taeyong mencium pelipis bundanya, selain ingin menghindar dari pembicaraan ini. Taeyong memang harus menghadiri rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOM || JENYONG
Fanfiction"Aku mohon jangan pisahkan aku dengan anakku." lirih Jennie sambil memegang perutnya. "Kau tidak bisa egois Jennie, aku ayahnya sejak awal kau sudah berjanji akan memberikan anak itu padaku." ucap Taeyong dengan ekpresi marahnya. "Sejak awal aku mem...