Happy reading 💚💚
Setelah hari itu, Taeyong tidak lagi membuntutinya atau mengganggunya, diam-diam Jennie merasa bersyukur tetapi dia tetap merasakan kekecewaan. Jennie sudah tahu bahwa Taeyong tidak serius dengan apa yang dikatakannya karena itu Jennie tidak terkejut ketika keesokan harinya, lalu esoknya lagi dan lagi Taeyong tidak mencarinya lagi.
"Aku bilang juga apa, dia sudah menemukan akal sehatnya lagi." Jennie menghembuskan nafasnya, rasa sesak didadanya tetap ada disana, Jennie sadar ternyata jauh dilubuk hatinya dia memang merasa bahagia karena tau pria itu mencintainya dan tanpa disadarinya, alam bawah sadarnya mengharapkan semua itu menjadi kenyataan, maka ketika semua itu memang tidak benar, Jennie merasakan rasa sakit didadanya.
Jennie membuka pintu rumahnya dan melangkah masuk dengan gontai. "Nenek, aku pulang."
Hening, kesunyian menyambut Jennie dirumah, Jennie membuka sepatunya lalu masuk dengan menyeret kakinya. "Nenek, Ella? Kalian dirumah?"
Jennie menghentikan langkahnya kemudian terdiam melihat seseorang berada dilantai ruang tv sekaligus ruang tamu. Tidak bukan seseorang lebih tepatnya adalah seorang bayi perempuan sedang bermain dengan balok-balok kayu yang berserakan dilantai, ada boneka beruang menemaninya bermain. Bayi perempuan itu menoleh kearahnya kemudian berpaling lagi kearah mainanya.
"Naah.." bayi perempuan itu menunjuk kearah balok mainannya, entah apa yang diinginkan olehnya.
Jennie mendudukkan dirinya memandangi bayi perempuan itu, wajahnya memang berubah ketika dia masih sangat bayi tapi Jennie tidak mungkin melupakan ikatan yang ada diantara dia dan bayi itu. "Elea?" bisiknya.
"Naa.." ulang bayi perempuan itu menunjuk dirinya lalu balok kayu lagi. Jennie menyeret duduknya agar mendekat kepada bayi itu, namun sepertinya bayi itu tidak suka didekati oleh Jennie dan merangkak menjauh.
Jennie berhenti mendekatinya, airmata menggenang di matanya, setelah merindukan dan terus memimpikan Elea akhirnya dia bisa melihat putrinya lagi? Meskipun Elea tidak mengenalnya Jennie tetap merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika bertemu lagi dengan putrinya.
Jennie menghapus airmata yang jatuh dipipinya lalu mengambil balok kayu berwarna hijau. "Kenapa kau disini?" Jennie akhirnya sadar kenapa Elea berada disini, apa Taeyong tidak menginginkan Elea lagi dan menyerahkannya kepada Jennie?
Bayi perempuan itu mendekati Jennie karena mainannya dipegang, Elea pun mengulurkan tangannya meminta kembali balok mainannya. "Aah maaf." Jennie menyerahkan balok itu kepada Elea.
Elea dengan cepat meletakkan kembali balok mainannya disusunan yang sudah dia bangun. "Apa yang sedang kau bangun? Apa aku boleh membantumu?"
"No..no..no..." Bayi perempuan itu menggerakkan tangannya kekiri dan kanan, menolak tawaran Jennie. Jennie tertawa sambil menghapus airmata yang kembali jatuh dipipinya. Sungguh apa sekarang dia benar-benar sedang bermimpi?
Jennie hanya bisa duduk diam memperhatikan Elea bermain, dia sama sekali tidak diizinkan untuk menyentuh apapun milik bayi perempuan itu, jelas terlihat Elea tidak suka ada orang asing yang menyentuh mainannya. Waktu terus berjalan, bayi perempuan itu pun mulai bosan, dia mengucek matanya dan merengek.
Jennie terdiam, apa yang harus dia lakukan? Jennie memang melahirkan Elea tapi masalah mengurusi bayi atau membujuknya Jennie belum berpengalaman. "Kau kenapa?" Tanya Jennie cemas, Elea mulai menangis dan memanggil seseorang. Jennie mencoba mengulurkan tangannya hendak menggendong Elea tapi bayi itu menghindar dan memukul tangan Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOM || JENYONG
Fanfiction"Aku mohon jangan pisahkan aku dengan anakku." lirih Jennie sambil memegang perutnya. "Kau tidak bisa egois Jennie, aku ayahnya sejak awal kau sudah berjanji akan memberikan anak itu padaku." ucap Taeyong dengan ekpresi marahnya. "Sejak awal aku mem...