Happy reading 💚💚
Jennie membuka kedua matanya dan pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit kamar berwarna putih dan bau obat-obatan yang sangat menyengat. Jennie sejenak terdiam memperhatikan dimana dirinya sekarang berada, saat ini dirinya tengah berbaring di kamar sebuah rumah sakit. Kilasan ingatan kejadian malam itu muncul di fikirannya, pertengkarannya dengan Taeyong yang membuatnya dengan berani pergi dari rumah pria itu. Bahkan Jennie ingat saat Taeyong membawanya kerumah sakit dan pria itu lebih memilih dirinya untuk diselamatkan daripada bayi yang sangat pria itu inginkan.
"Bayiku." Ucap Jennie meraba perutnya saat dia tersadar bagaimana keadaan bayinya sekarang.
Sebuah tangan memegang tangan Jennie, seketika itu juga Jennie menoleh kearah kanan, matanya bertemu dengan mata Taeyong, lalu pria itu tersenyum kepadanya. Senyum yang belakangan ini tidak pernah dilihatnya. Taeyong yang tadinya sedang duduk dikursi yang terletak disamping tempat duduk berdiri dari kursinya dan membungkukkan badannya diatas Jennie. "Kau sudah bangun?"
"Bayinya?" Tanya Jennie pada Taeyong.
Taeyong tersenyum lagi mendengar kalimat pertama yang diucapkan oleh Jennie setelah tidak sadarkan diri selama tiga hari. "Tidak perlu menghawatirkan bayinya."
"Apa dia selamat?" Jennie terus mempertanyakan bayi itu.
Taeyong duduk ditempat tidur, tangannya mengusap rambut Jennie lembut. "Bayinya perempuan." Taeyong tersenyum lagi melihat ekspresi terkejut Jennie. "Dokter berhasil mengeluarkannya tepat waktu, kau dan bayinya selamat. Dan meskipun dia prematur, bayi itu sangat sehat."
Jennie memejamkan matanya lega. "Syukurlah." Tidak ada yang bisa merasakan betapa leganya perasaan Jennie saat ini, karena tindakan bodohnya yang ingin segera pergi dari rumah itu Jennie hampir saja membunuh bayinya. "Syukurlah." Sekali lagi Jennie mengucapkan rasa syukurnya, airmata kelegaan pun tidak bisa dia tahan lagi.
Taeyong mengusap airmata yang jatuh kesisi wajah Jennie dengan kedua tangannya. "Jangan menangis, semuanya baik-baik saja."
Jennie memberanikan dirinya menatap ke manik mata Taeyong. "Maafkan aku, aku hampir membunuhnya."
"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Jangan menangis Jennie atau kau akan membangunkan bayinya."
Jennie berhenti menangis. "Bayinya?"
Taeyong tersenyum lagi lalu menolehkan kepalanya kesamping dan menunjuk kearah box kecil tidak jauh dari mereka dengan dagunya. "Dia baru keluar dari ruang inkubator pagi tadi. Kau mau melihatnya?"
Jennie menganggukkan kepalanya dengan cepat, tubuhnya belum bisa bangun karena itu Jennie menunggu dengan penasaran ditempat tidurnya. Melihat Taeyong dengan keahliannya sendiri mengangkat bayi itu dengan kedua tangannya. Perlahan-lahan Taeyong meletakkan bayi itu diatas lengan Jennie.
Jennie menatap wajah bayi kecilnya dengan ekspresi kagum. Jadi seperti ini wajah anaknya, matanya belum terlihat karena bayi itu sekarang sedang tertidur, tetapi Jennie tau bayi itu memiliki bentuk bibir ayahnya. Bibir yang sangat seksi dan menggoda jika dia tumbuh dewasa nanti.
"Cantik." bisik Jennie masih sangat kagum melihat bayi itu.
Taeyong mengamati ekspresi Jennie, rasanya begitu tenang bisa melihat perempuan itu kembali membuka matanya lagi. Setelah Jennie tidak sadarkan selama dua hari Taeyong merasa sangat gelisah, dia ingin segera melihat Jennie membuka matanya dan kembali tersenyum kepadanya. Dan sekarang disinilah dia memandangi wajah Jennie yang sedang tersenyum kepada putri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOM || JENYONG
Fanfiction"Aku mohon jangan pisahkan aku dengan anakku." lirih Jennie sambil memegang perutnya. "Kau tidak bisa egois Jennie, aku ayahnya sejak awal kau sudah berjanji akan memberikan anak itu padaku." ucap Taeyong dengan ekpresi marahnya. "Sejak awal aku mem...