One

811 102 21
                                    

Happy reading guys
.
.
.



Kembali pada ruangan sunyi nan dingin dengan sosok yang sama, masih terbaring di atas bangsalnya dengan alat lengkap menempel pada tubuh mungil itu. Jessica, ibu dari gadis tersebut lagi lagi kembali menangisi tubuh lelap didepannya nya.

Tak bannyak yang bisa jessica lakukan, dia hanya bisa menangis menyesali semuanya, menyalahkan  atas semua perbuatannya, semua yang telah terjadi pada jennie putrinya

"Jane bangun, jane tidak lelah tidur terlalu lama hmm?" Tangannya mengusap telapak tangan dingin milik jennie

"Mommy yakin setelah ini kamu akan merengek meminta menghilangkan bekas luka luka ini" jessica terkekeh disetiap kalimatnya, namun matanya tidak bisa berbohong.

Ia mengusap lengan jennie yang memang masih menampakkan goresan goresan abstrak yang masih membekas samar akibat tergesek aspal, serta punggung tangan putrinya yang sudah bertabur wijen hitam alias bekas tusukan infus selama ini.

"Jane tidak ingin bangung? Mommy akan memperkenalkan seseorang padamu. Jane ingat? saat kecil jane terus meminta mommy dan daddy untuk menghadirkan adik untuk jane, sekarang Mommy bisa mengabulkannya, emmm bukan adik tapi kakak. 3 kakak sekaligus jika jane ingin" kali ini jessica mendapat respon, jemari lentik itu bergerak namun lemah dalam bungkusan jarinya.

"Jane mendengarnya? Terimakasih telah menjawab" ia kecup punggung tangan dingin itu sebagai bentuk apresiasinya pada jennie yang telah berusaha meresponnya.

"Mommy sangat merindukanmu sayang, maafkan mommy yang selama ini egois hiks. Mommy tidak pernah ada untukmu saat kamu menghadapi masa sulitmu sayang, mommy menyesal sungguh, ayo bangun dan balas semua perbuatan mommy padamu. Jangan seperti ini"

"Yeobo jangan berbicara seperti itu, kau lupa apa kata dokter? Jane mendengar apapun yang kita ucapkan" tubuh jessica sepontan menoleh ke sumber suara, melihat sosok tegap dihadapannya membuatnya semakin menangis

Minho, seorang duda ber anak 3 yang selama ini menemani jessica dalam keterpurukannya, keputus asaannya menunggu putri semata wayangnya membuka mata. 2 tahun hubungan mereka berjalan, mereka bahkan sudah merencanakan pernikahan akhir akhir ini.

"Putriku masih tidak ingin bangun, kenapa? hiks. Aku takut minho"

"Sssst jangan berfikiran buruk sayang, kau harus percaya pada putrimu" tak ada lagi kata yang harus minho ucapkan untuk menenangkan jessica, hanya itu yang bisa dia lakukan

"Sudah hampir 4 tahun minho, harus berapa lama lagi aku melihatnya tersiksa. Aku ibu yang buruk hiks"

"Hei jangan berkata seperti itu, kau ibu yang baik untuk jane, tidak ada yang bisa menandingi peranmu untuknya. Ingat, kamu harus percaya padanya, dia akan terbangun sebentar lagi entah itu besok atau lusa atau bulan depan, jangan perdulikan waktu, yang terpenting adalah kita akan selalu menunggunya bukan?" Kali ini jessica mengangguk, tubuhnya berbalik kembali menghadap jennie

Jessica bergerak mengecup kening, pipi dan terakhir bibir mungil kering milik putrinya yang terbuka paksa karena selang verntilator yang menjejal masuk ke mulut putrinya

"Mommy mohon bertahan yah, jane tidak usah takut karena mommy akan selalu menunggu jane disini. Maafkan mommy sayang, izinkan mommy memperbaiki semuanya"

minho tersenyum menatap wajah damai itu lalu bergerak mengelus kening dingin itu dengan pembut dan berkata "Hei princess, kita bertemu lagi. Kamu ingat? Aku minho, teman ibumu ah mungkin bisa disebut ayahmu? Ahahah bercanda sayang. Cepat sadar nee, kami semua menunggumu. Dan terimakasih sudah bertahan sejauh ini, kau sungguh gadis yang kuat"

What about me?Where stories live. Discover now