Five

546 99 7
                                    

Happy reading cok!
.
.
.


"Bagaimana perkembanganmu akhir akhir ini jennie?" Jennie menatap lekat pada dokter song yang duduk tepat didepannya

"Tidak tahu, hanya saja jane sudah bisa berdiri lebih lama sekarang. Jane sudah bisa melangkah meski hanya dua hinggal lima langkah, dokter" dokter song tersenyum mendengar penuturan dari pasien mudanya

" itu perkembangan yang sangat bagus jennie, biasanya orang orang sepertimu akan membutuhkan waktu setidaknya tiga bulan setelah bangun dari tidur panjangnya tetapi kamu? Kamu bahkan hanya membutuhkan satu bulan untuk bisa berdiri dan melangkah. Kamu benar benar hebat" jennie tersenyum lebar menampilkan gummy smile kesukaan dokter song, irene? Dia bahkan melongo melihat senyuman jennie yang baru ia lihat setelah lama mengenal adik barunya itu

"Tetap tersenyum nee, saya suka melihat senyumanmu. Kamu benar benar terlihat seperti bayi jennie" jennie merentangkan tangannya meminta pelukan pda dokter terapinya itu, aneh memang. Seorang jennie yang terkenal sulit untuk dekat dengan seseorang, dengan mudahnya menempel pada dokter cantik itu, bagaimana caranya? Hei tentu saja dengan memberinya kenyamanan, anak seperti jennie tidak membutuhkan apapun selain rasa kepemilikan dan dokter song tentu tahu itu.

Dokter song memeluk tubuh mungil itu dengan hangat dan berkata " kau sudah menjalankan apa yang saya anjurkan, jennie?" Jennie mengangguk dalam pelukan

"Setiap pagi jane berlatih untuk berpindah dari ranjang ke kursi roda, meski beberapa kali sempat terjatuh dan berakhir meminta bantuan tapi selebihnya jane berhasil melakukannya secara mandiri. Han ahjumma juga terkadang mengompres kaki jane jika jane pulang terapi"

"Gadis pintar, tetap berlatih nee" jenni mengangguk untuk kesekian kalinya

"Baiklah, sudah siap berlatih kali ini?" Irene bergerak mengambil alih kursi roda jennie untuk ia dorong. sebenarnya selama irene diam, dia juga memendam rasa iri pada dokter song yang terlihat begitu dekat dengan adiknya

"Biar eonni bantu nee" tawar irene ketika sudah memasuki ruang terapis, ia membantu jennie berdiri dan bersanggah pada besi yang sudah disediakan

"Tarik nafasmu adik kecil, fighting" jennie mengangguk dan tersenyum tipis ketika mendapat dukungan serta kecupan dari kakaknya

"Berjalanlah dengan perlahan nee, saya berada didepanmu. Jika sudah merasa tidak kuat bicaralah, condongkan tubuhmu kedepat agas saya bisa menopangmu. Mengerti?" Jennie mengangguk mantap lalu menggerakkan sedikit demi sedikit kakinya yang masih terasa mati

Sejujurnya terapi seperti ini sangat melelahkan bagi jennie tapi tidak ada cara lain untuk membuatnya normal kembali. Bahkan rasanya nafasnya akan tersengkal seiring dengan energi yang jennie keluarkan

"Bagus jennie teruskan"

Kaki mungil nan mulus itu merambat diatas matras dengan gerakan pelan namun mampu membuat sang empunya kaki kelelahan

Tiang tiang penyanggah yang menurut orang normal terlihat pendek dan jarang tempuh yang dekat bahkan terlihat begitu jauh dimata jennie, entahlah rasanya tenaganya terkuras begitu banyak hanya dengan melangkahkan kakinya meski hanya dua puluh meter

Dokter song mengapresiasi perkembangan jennie yang menurutnya begitu pesat itu, tubuh jennie telah bertopang pada dokter song sedangkan irene berjalan mendekati jennie yang sekarang sudah terduduk dilantai dengan kaki lurus

"Gwenchana?" Tanya irene dengan wajah khawatirnya setelah melihat begitu lelahnya jennie

"Nee eonni, jane tidak apa apa hanya sedikit lelah saja" irene mengangguk setidaknya jawaban adiknya mampu membuatnya sedikit tenang

What about me?Where stories live. Discover now