Pukul 22.46
Mereka telah kembali dari perjalanan yang cukup melelahkan. Yedam harus memegang setir hampir lebih dari 10 jam hari ini membuat tangannya sedikit kebas.
Dia kemudian duduk di sofa, merehatkan tubuhnya yang terasa lelah. Waktu liburnya terpakai untuk menemani sang Adik. Meski begitu tadi itu cukup menyenangkan. Kedatangan mereka ke kota C bertepatan dengan dilaksanakannya sebuah festival. Yedam jadi tidak bisa untuk menolak ikut serta memeriahkan acara itu, bernyanyi bersama Jeongwoo di atas panggung, membuat penonton berteriak heboh karena suara malaikat mereka. Festival itu juga meriah sekali, banyak permainan dan makanan yang berjejer rapih, juga parade yang menampilkan atraksi-atraksi mengagumkan.
Kalau dipikir-pikir mereka lebih banyak bermain ketimbang mencari banyaknya bahan yang Jeongwoo katakan.
"Lelah ya, hyung? Sini ku pijatkan." Jeongwoo duduk di samping Yedam setelah menaruh barang bawaannya di kamar. Diraihnya tangan sang kakak dan mulai memijit pelan.
Yedam tidak menolak, dia biarkan sang adik berbuat semaunya. "Tentu saja, tapi yang tadi itu juga bikin terhibur. Kau tahu kalau festival itu tengah dilaksanakan di sana?"
Jeongwoo memasang wajah polos lalu menggeleng. "Tidak, aku hanya berniat mencari yang ku butuhkan. Kalau saja tugas itu tidak penting, mana mau aku susah-susah menca- ack! Kenapa memukul??"
Yedam menatap kesal, "jangan begitu. Kau itu harus sekolah yang rajin, jangan malas-malasan apalagi ini tahun terakhirmu di SMA. Tugasmu sudah pasti harus lengkap."
Jeongwoo terkekeh, "tenang saja, hyung. Aku ini punya otak yang sama pintarnya. Aku yakin akan jadi lulusan terbaik nantinya."
"Percaya diri sekali." Yedam mendengus lalu menarik tangannya yang sedari tadi dipijat.
"Tentu saja, adik siapa?" Jeongwoo membusungkan dadanya, tampak bangga dengan dirinya sendiri.
Yedam memutar mata malas, merasa jengkel juga gemas pada ekspresi dan perkataan sang adik. Dirinya lalu bangkit berdiri.
"Lebih baik kita tidur. Besok sudah hari Senin, jangan sampai terlambat untuk memulai rutinitas."
Yedam mengacak pucuk kepala sang adik lalu pergi begitu saja menaiki anak tangga, tidak sabar untuk menyegarkan diri dengan guyuran air di kamar mandinya.
Jeongwoo tersenyum menatap kepergian sang kakak. Dirinya lalu ikut beranjak pergi ke kamarnya. Sesampainya di kamar, di tatapnya datar pada barang-barang yang dibelinya hari ini. Dibawanya itu semua menuju halaman belakang, lalu dimasukkan menjadi satu dalam satu tong.
'blar'
Si jago merah menyala dengan cepat, melahap rakus semua yang bisa di raihnya dalam tong itu.
Jeongwoo tetap dengan ekspresi datarnya, menatap dingin pada kobaran api yang menyala-nyala.
Tanpa berkata apapun dia pergi dari sana dengan langkah riang menuju kamar sang kakak.'brak!'
"Hyung, ayo tidur bersama!"
Muka Yedam memerah malu ketika Jeongwoo mendobrak pintu kamarnya tanpa permisi. Dirinya baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan sehelai handuk di pinggang nya.
"PARK JEONGWOO!!"
...dan Jeongwoo hanya tertawa terbahak sambil memegangi perutnya.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother
Fanfiction"Tidak ada yang bisa merebut kakakku." Dunianya hanya berpusat pada sang kakak. Tekadnya sudah bulat. Tidak akan ada yang bisa menghalangi, sekeras apapun itu. •Bukan cerita BL/BxB!