"Junkyu hyung!!"
Merasa terpanggil, Junkyu yang baru sampai di depan pintu gedung membalikkan tubuhnya untuk mendapati Yedam yang berlari kecil ke arahnya.
"Ahk, selamat pagi Yedam-ah. Bagaimana keadaanmu?" Tanya Junkyu dengah wajah tersenyum nya. Meski merasa aneh, tidak biasanya Yedam memanggilnya Hyung.
Yedam yang telah sampai di depan Junkyu mengambil nafas sejenak. Sepertinya memang tubuhnya belum bisa di pakai untuk beraktivitas berat. Berlari kecil saja sudah membuatnya cukup lelah. Dia jadi ragu, apakah dia bisa bekerja dengan baik hari ini.
"Aku baik. Sudah tidak apa-apa sekarang. Jadi ... dimana anak baru itu?" Ucapnya sembari mengintip di balik tubuh Junkyu. Berpikir mungkin pemuda koala itu tengah menyembunyikannya.
Junkyu mencebik bibirnya kesal. "Aissh, seharusnya kau tanya kabarku dulu. Kenapa langsung menanyakan anak itu?"
Yedam tertawa dan Junkyu melihat itu dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa Yedam pulih secepat ini? Dia tampak baik-baik saja dan tidak terlihat sedih, bahkan di bandingkan dulu dia terlihat pendiam dan pemalu. Sekarang malah terlihat lebih ceria. Apa tekanan mental yang di alami pemuda rubah itu mengubah kepribadian nya?
"Yedam-ah, apa kau sungguh baik-baik saja?" Junkyu meremas tali tas kerjanya cukup kuat. Dia tidak yakin apa dia bisa menanyakan ini. Barangkali Yedam memang sengaja menutup diri agar tidak mengganggu sekitarnya. Dia takut kekhawatirannya malah membuat Yedam mengeluarkan kesedihan yang tengah dia tahan susah payah.
Di luar dugaan Yedam tetap tersenyum sembari menganggukkan kepala. "Iya, memang separah itu ya?"
Tidak seperti wajahnya yang terlihat tersenyum. Sejujurnya di kepala Yedam muncul beberapa tanda tanya atas kecemasan yang terpancar pada wajah Junkyu. Dia tidak mengingat detail seberapa parah dia terluka. Jeongwoo tidak bercerita banyak.
Jika itu parah, dia tidak menemukan bekas luka apapun di sekujur tubuhnya. Sedikit aneh memang, tetapi dia memutuskan untuk tidak memikirkannya terlalu jauh. Itu sudah jadi masa lalu yang tidak akan terlalu berguna jika di ingat. Setidaknya itu yang dikatakan Jeongwoo.
Junkyu tidak membalas, dia terlihat tenggelam dalam pikirannya sendiri. Agaknya ragu untuk mengucapkan sesuatu. Takut jika ucapannya malah menyinggung pemuda itu.
Untungnya, seseorang yang baru dia kenal beberapa minggu kemarin muncul tidak jauh di belakang Yedam. Junkyu tersenyum riang dengan tangan yang melambai semangat. Menyuruh pemuda itu untuk segera mendekat.
Yedam yang melihat perilaku Junkyu membalikkan badannya untuk melihat siapa yang tengah pemuda itu sapa.
Itu adalah seorang laki-laki dengan wajah yang hampir mirip seperti kelinci. Badannya terlihat tinggi meski tidak setinggi Junkyu. Senyumnya sangat manis dan itu terasa familiar bagi Yedam. Rasanya, dia sering melihat senyuman itu. Tapi dirinya tidak ingat sama sekali.
Tanpa sadar tetesan air jatuh dari matanya. Dia tidak mengerti mengapa dia menjadi sangat sedih seperti ini. Dadanya terasa sangat sesak dan sakit. Tapi dia tidak tau penyebabnya. Bahkan jika itu karna orang yang sedang berjalan mendekat di depannya, dia masih tidak mengerti.
Orang itu membungkuk hormat pada keduanya. Tapi ekspresinya menjadi bingung dan sedikit panik ketika melihat wajah Yedam yang sedikit merah dan basah dengan air mata.
"Hei, kau baik-baik saja?" Ucapnya sedikit menunduk untuk melihat dengan jelas wajah Yedam.
Junkyu yang sadar dengan apa yang dikatakan pemuda itu juga melihat punggung Yedam yang sedikit gemetar segera berjalan maju untuk melihat apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother
Fanfiction"Tidak ada yang bisa merebut kakakku." Dunianya hanya berpusat pada sang kakak. Tekadnya sudah bulat. Tidak akan ada yang bisa menghalangi, sekeras apapun itu. •Bukan cerita BL/BxB!