Sudah dua hari semenjak insiden kebakaran yang terjadi. Selama itu pula, dilakukan penyelidikan kecil-kecilan untuk mengetahui pemicu kebakaran.
Seperti disengaja, ditemukan beberapa jerigen bensin di beberapa sudut gedung.
Dalam penyelidikan itu, beberapa pemadam tak sengaja mengungkap ruang rahasia ketika mereka mengikuti jejak bensin. Di dalam ruangan dengan luas yang tak seberapa itu ada banyak sekali benda-benda ilegal. Mulai dari obatan terlarang, sejumlah besar uang yang diragukan asalnya, senjata api, bahkan barang peninggalan sejarah yang memang dalam status di curi dari museum kebudayaan nasional beberapa bulan belakangan.
Dalam sekejap yang tadinya mereka kira itu hanya kasus kebakaran biasa, berubah menjadi kasus kejahatan yang cukup merepotkan. Akibatnya, rumor buruk tentang perusahaan tersebar di kalangan pebisnis. Banyak yang bilang gedung itu sengaja di bakar untuk menghilangkan bukti aksi busuk mereka.
Saham perusahaan yang selalu stabil itu juga tiba-tiba menurun drastis hingga perusahaan benar-benar mengalami kebangkrutan total dalam sekejap. Sudah jelas seluruh karyawan di sana jadi terpaksa diberhentikan dengan uang pesangon yang tak seberapa, mengakibatkan banyaknya mantan karyawan yang melakukan aksi unjuk rasa.
Awalnya Yedam masih percaya jika itu hanya kesalahpahaman. Sebab selama dia bekerja di sana, tidak ada aktivitas mencurigakan yang terlihat. Tapi mendengar penjelasan detektif yang menangani tentang bukti dan kemungkinan tersangka membuat Yedam bungkam. Pekerjaan nya hilang dalam sekejap mata.
Kepalanya pusing sekali. Berpikir bagaimana dia bisa mencari pekerjaan baru dengan gaji yang dia inginkan, belum lagi perihal masalahnya dengan sang adik tempo hari.
Sejak kejadian itu, Yedam tidak pernah berbicara pada Jeongwoo. Seakan dia benar-benar mengabaikan eksistensi pemuda itu. Sebenarnya, dia tidak tega dan ingin meminta penjelasan, tapi harga dirinya sebagai laki-laki sudah di lukai terlalu dalam. Dia tidak tahu bahwa adiknya punya ketertarikan menyimpang.
Walau itu hanya spekulasi karena dia tidak mendengar penjelasan apa-apa dari yang bersangkutan. Tapi untuk sementara ini biarkan semua larut dalam waktu selagi ia mencari pekerjaan baru mungkin lebih baik. Terlepas dari masalah yang ada, Yedam tetap punya tanggung jawab yang harus dipenuhi.
"Yedam-ah?"
Yedam tersentak kala Junkyu memegang pundaknya dari belakang. Laki-laki itu baru datang dengan mengenakan baju bartender, dibalut dengan jaket tebal karena memang cuaca akhir-akhir ini masih sangat dingin meski sudah musim semi.
"Kau melamun?" Junkyu menduduki kursi di seberang Yedam dan mulai meminum kopi hangat yang telah dia pesan sebelumnya.
Mereka saat ini tengah berada di cafe yang dijanjikan Junkyu untuk bisa bertemu, dia bilang itu tak jauh dari tempat kerjanya. Hebat sekali, padahal baru satu hari mereka dipecat dan pria Kim itu sudah dapat pekerjaan baru.
Yedam menggeleng sambil terkekeh ringan. "Tidak. Hanya tengah berpikir untuk mencari tempat kerja baru yang tepat."
"Kenapa harus bingung begitu? Lamar saja di perusahaan mana pun. Kau pasti akan diterima dengan mudah."
Recordnya selama ini memang tidak buruk, mungkin dia bisa di terima di perusahaan yang bisa memenuhi kebutuhan nya. Tapi entah kenapa ada banyak kecemasan yang kian menggerogoti nya tanpa alasan, berpikir mungkin itu hanya perasaan saja.
"Yah...aku tidak yakin soal itu, tapi akan ku coba. Hyung sendiri bekerja dimana?"
"Soal itu... Kau tau, sebenarnya aku merasa kehidupan perkantoran yang membosankan seperti itu tidak cocok denganku. Aku lebih suka jika bertemu banyak orang dan bersenang-senang, jadi aku coba melamar di Bar langganan ku dan langsung diterima tanpa syarat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother
Fanfiction"Tidak ada yang bisa merebut kakakku." Dunianya hanya berpusat pada sang kakak. Tekadnya sudah bulat. Tidak akan ada yang bisa menghalangi, sekeras apapun itu. •Bukan cerita BL/BxB!