"Datanglah ke alamat yang ku kirim padamu. Ada beberapa hal yang ingin ku ceritakan. Jangan ajak siapapun."
Di tengah kesibukannya melamar pekerjaan, Yedam tiba-tiba mendapat telepon dari Doyoung yang selama ini menghilang tanpa kabar. Suara pemuda itu terdengar serius, jadi Yedam segera berangkat saat itu juga. Entah bagaimana, perasaan nya juga memaksa nya untuk datang.
Ketika dia tau kemana dia akan pergi, perasaan nya menjadi sedikit khawatir karena tempat itu adalah rumah sakit. Dia mulai berjalan masuk, dengan gugup mengabaikan bau obat-obatan yang menusuk indra penciumannya. Sejujurnya, dia sedikit tidak menyukai rumah sakit. Akan ada perasaan aneh yang menyeruak dalam dadanya begitu dia masuk, sungguh. Dia bahkan mulai berkeringat dingin. Tapi dia punya urusan di sini, jadi dia akan mencoba mengabaikan.
Ketika Yedam sampai di depan pintu ruangan tempat Doyoung dirawat, perasaan nya menjadi lebih was-was, penasaran dengan apa yang menimpa pemuda itu. Yedam terkesiap melihat pemandangan di depannya ketika pintu terbuka. Doyoung hampir terlihat seperti setengah mumi. Seluruh tangan dan leher hingga ke dada diperban dengan rapih. Ada beberapa luka lebam di wajah, seperti bekas pukulan.
"Hyung! Apa yang terjadi padamu?!"
Dia memekik sambil berlari mendekat. Doyoung hanya bisa tersenyum tipis melihat reaksi itu. Yedam segera duduk di samping, bersiap mendengar cerita apapun dari laki-laki di depannya.
"Tidak apa Yedam-ah. Hanya ada sedikit kecelakaan."
"K-kecelakaan?" Yedam tersentak dengan mata melotot. Tentu saja dia terkejut. Tidak menyangka temannya akan mengalami hal buruk seperti itu.
Tapi jika dilihat lebih teliti. Luka-luka itu tidak terlihat seperti luka kecelakaan. Yedam menyipitkan matanya curiga. Ada sesuatu yang janggal. Ekspresi Doyoung tidak terlihat cerah seperti hari-hari biasanya. Mungkin ada suatu hal buruk.
"Yedam-ah. Bukankah kata itu membuatmu sedih? Mungkin -" Doyoung berhenti sejenak untuk mengambil nafas dan menunduk. "Mungkin kau jadi teringat soal dia."
Perasaan Yedam tidak enak. Dia tidak terlalu mengerti dengan arah percakapan ini. Itu pasti sesuatu yang penting dan terdengar traumatis melihat bagaimana Doyoung jadi begitu murung. Jantungnya mulai berdegup kencang.
"Apa...apa maksudmu, Hyung?"
Suaranya terdengar takut dan gemetar. Kenapa dia harus takut? Untuk apa dan kenapa?
Segera, Doyoung mengalihkan pandangannya. Iris coklatnya menatap mata Yedam. Ada kekecewaan dan amarah yang terpancar dari mata itu membuat rasa bersalah timbul. Lagi-lagi pertanyaan yang membingungkan, kenapa dia harus merasa bersalah?
"Kau tidak ingat? Shin Yuna? Bagaimana bisa kamu melupakan seseorang yang begitu penting?! Dia kekasihmu! Kau seharusnya ingat dia kalau memang mencintainya. Kecuali-"
Yedam menahan napasnya mendengar nada tajam Doyoung. Dia merasa takut dan takut. Paru-parunya menyempit. Ini pasti salah. Ada yang salah. Dia tidak ingat siapa yang dibicarakan pemuda itu. Mungkin- mungkin dia hanya salah sangka.
Di menit-menit ini, Yedam mencoba mencerna semua yang di katakan Doyoung. Satu-satunya kalimat yang menjadi fokus utamanya hanyalah fakta bahwa dia punya seorang pacar yang sudah meninggal.
Kilasan-kilasan yang berputar bagai film rusak mencoba menekan ingatan nya. Dia mencoba berdiri, tetapi lututnya mati rasa, membuatnya jatuh dari kursi dengan nafas tersendat dan tubuh yang gemetar. Pupil matanya terus bergerak liar, seluruh pandangannya perlahan berubah menjadi kabut. Kilasan itu semakin jelas dan jelas.
Seorang gadis berdiri dengan senyum seperti matahari. Lalu, sedetik setelahnya diwarnai dengan lumuran darah, berceceran di jalanan. Itu mengerikan, Yedam bisa merasakan kepala gadis itu di tangannya. Ini jelas hanya ingatan acak, tapi dia merasa hal itu terulang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother
Fanfiction"Tidak ada yang bisa merebut kakakku." Dunianya hanya berpusat pada sang kakak. Tekadnya sudah bulat. Tidak akan ada yang bisa menghalangi, sekeras apapun itu. •Bukan cerita BL/BxB!