Ch. 7 - Disaster

258 44 1
                                    

Note : -
______________________________________

Malam hari setelah upacara kelulusan, Klein membawa Dokja dan Deok ke sebuah restoran yang cukup mewah.

Biasanya Klein lebih suka memasak di rumah, namun hari ini spesial. Apalagi lusa Deon akan pulang ke Inggris.

Dokja memandangi berbagai macam benda mahal yang dipajang di restoran, "Kak.. bukankah ini berlebihan?"

"Uwooh akhirnya makanan mewah!" Teriak Deon.

Sungguh dua kepribadian yang berlawanan.

Banyak orang melirik mereka bertiga, penasaran dengan pria berambut putih dan mata merah yang sangat jarang di negara tersebut.

Karena ini malam hari, Deon tidak susah payah untuk melindungi diri dari sinar matahari. Jadi ia hanya memakai kemeja polos tanpa menutup kepalanya.

"Hanya untuk hari ini, jadi pesanlah sepuas kalian." Klein berjalan menuju meja kosong dan mengisyaratkan Dokja dan Deon untuk duduk.

Klein memilihkan sendiri beberapa makanan tambahan untuk Dokja. Karena pastinya Dokja hanya akan memilih makanan paling murah, dan ia tidak perlu khawatir dengan Deon.

Bocah itu pasti memilih makanan yang terlihat enak tanpa melihat harganya.

Ketiganya sudah selesai memilih, mereka tinggal menunggu makanan di antar ke meja.

"Hm.. aku penasaran, apa Dokja bisa mencari teman?" Tanya Deon.

"Maksudmu?" - Klein.

Dokja cemberut, "Hei, tentu saja aku bisa."

Deon menatap Dokja dengan pandangan tak percaya, "Sejak dulu aku sekolah bersamamu, aku tidak pernah lihat kau bersama dengan temanmu."

"Itu kan karena kau yang selalu mengajakku makan siang bersama." Bantah Dokja.

"Aku kan tinggal bergabung dengan kelompokmu." Ucap Deon tak ingin kalah.

Klein hanya tersenyum, membiarkan Dokja dan Deon melanjutkan perdebatan kecil mereka.

Baru setelah makanan datang mereka berdua berhenti dan mulai menikmati makanan.

Klein terkekeh ketika melihat mata Dokja bersinar saat melihat makanan di depannya. Keputusan bagus untuk memesankan Dokja makanan lain.

Mungkin aku harus belajar memasak seafood?

***

Ketika saudara tak sedarah itu langsung pulang setelah mereka selesai makan malam. Klein menyetir mobil di depan sedangkan Dokja dan Deon di belakang.

Seperti biasa, Dokja fokus pada handphone nya. Membaca novel yang selalu ia baca sejak datang ke Korea.

"Macet, huh." Gumam Klein.

Tidak biasanya jalan pulang yang dipilih Klein macet.

Karena mobil Klein dekat dengan trotoar, Klein jadi tidak perlu keluar untuk bertanya. Ia membuka kaca mobil, bertanya pada pejalan kaki yang datang dari depan.

"Permisi noona, apakah terjadi sesuatu di depan?"

Seseorang yang dipanggil noona itu berhenti dan menjawab, "Aku melihat ada sesuatu, uh, lingkaran besar berwarna ungu melayang di tengah jalan." Wanita itu langsung pergi setelah menjawab.

Lingkaran melayang...

"Lingkaran besar melayang katanya? Apa bercahaya juga? Seperti dungeon di novel fantasi saja." Ucap Deon yang mendengarkan wanita tadi.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang