Piala Penghargaan

76 17 0
                                    

Pengumuman pemenang sudah selesai. Walaupun menang, rasanya hati ini hampa. Jeonghyeon tidak merasa senang karena rencana awalnya kalau menang akan merayakan bersama Mirae sebagai kemenangan pertama. Apakah hatinya benar-benar mati? Hari-harinya suram terus, ketika banyak senang, hanya Jeonghyeon yang merasa tidak senang.

Jeonghyeon berbaring di atas kasur, bulan lalu, lebih tepatnya satu minggu sebelum kejadian itu, dia dan Mirae berjanji akan sesuatu hal yang masih diketahui mereka dan tuhan saja.

Flashback

Jeonghyeon menyodorkan rekening tabungannya ke Mirae. Mirae yang penasaran pun melihat isinya, matanya membulat lebar melihat isi tabungannya Jeonghyeon, untuk seorang siswa, nominalnya sudah termasuk sangat besar. Mirae... bingung kenapa Jeonghyeon menunjukkan ini kepadanya.

"Beb, kalau misalnya kita ada kesempatan keterima kuliah tahun ini, waktu semester empat mau nikah sama aku nggak? Kita nempatin rumah aku yang dijatah sama Harabeoji, terus disitu kita buka usaha dengan bidang masing-masing buat bayar kuliah sama kehidupan sehari-hari."

Mirae mencolek hidung mancungnya Jeonghyeon. "Kita lihat dulu ya, aku mau promosi dulu biar job aku makin banyak, jadinya cukup buat kuliah sama biaya hidup kita. Lagian kenapa buru-buru?" tanyanya.

"Pengen pacaran sama kamu. Ntar setelah nikah, euum, kira-kira ada lah ya delapan tahun kita pacaran."

Mirae tertawa, tidak menyangka Jeonghyeon akan mengajaknya ke hubungan yang lebih serius.

"Ini tanda keseriusan aku." Jeonghyeon memasangkan cincin mainan ke jari manisnya Mirae, ya semakin ketawa lah Mirae-nya.

"Beb, kamu kok lucu banget, sih. Jarang-jarang loh orang tajir kayak kita gini...."

Jeonghyeon tersenyum iseng. "Apa cuma kita?" ucapnya bersamaan dengan Mirae. Dasar couple pick me!

"Kan orang tua kita yang tajir, kita juga harus bisa tajir kayak mereka di masa depan. Semangat buat kita!" seru Jeonghyeon. "Ayo janji," ajaknya.

Mirae menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingkingnya Jeonghyeon, tandanya mereka sudah mengunci janji manis itu. Mirae memeluk Jeonghyeon, semoga saja pacarnya itu masih saja manis setelah menikah nanti.

"Kamu nginep disini aja!" Jeonghyeon memeluk Mirae dan berbaring sambil tetap memeluknya, dengan begitu Mirae tidak bisa kabur.

Flasback End

••••

Tokyo, Japan 🇯🇵

Akhirnya setelah menunggu, hari ini Jeonghyeon bertemu dengan Mirae. Jeonghyeon memegang tangannya Mirae yang tidak diinfus dan memberitahu piala yang didapatkan Mirae dari lomba tingkat kabupaten kemarin. Mirae juara satu sama seperti dirinya, seharusnya Mirae maju bersamanya di tingkat Provinsi.

"Beb, kamu harus cepet-cepet siuman, ayo berjuang di LKS sama aku lagi...." lirih Jeonghyeon.

Hening, tidak ada suara apapun di dalam ruang inap yang Mirae tempati.

"Beb, aku tau kamu suka tidur, tapi ini sudah lama. Sudahin dong tidurnya... jangan lama-lama."

Tidak ada respon, Jeonghyeon semakin putus asa melihat keadaannya Mirae.

"Beb, kamu masih inget nggak waktu kita masih pacaran diem-diem? Kita ketahuannya nggak banget, hehehe." Jeonghyeon mengelus pipinya Mirae, tak lama setelah itu dia melihat matanya Mirae berkedip. "Beb?!" panggilnya sekali lagi.

Tidak ada kedipan lagi, tapi Jeonghyeon sangat yakin kalau dia melihat Mirae berkedip. Jeonghyeon menekan tombol disebelah kasur pasien untuk memanggil Dokter yang menangani Mirae.

Tidak membutuhkan waktu lama, dokter dan perawat datang dan langsung meminta penjelasan. Jeonghyeon menjelaskannya menggunakan bahasa Inggris karena takut bahasa Jepangnya berantakan. Dokter pun memeriksa keadaannya Mirae, kepalanya hanya mengangguk sekali.

"Ada sedikit kemajuan dari tubuhnya Nona Seo, tetapi kemajuan itu bukan berarti Nona Seo akan siuman. Kami masih tidak tahu, tapi kami berharap secepatnya."

Jeonghyeon kecewa setelah mendengar penjelasannya, dia terduduk lemas lagi, bahkan tidak merespon Dokter yang berpamitan meninggalkan ruang inap. Jeonghyeon tidak tahu lagi harus menunggu sampai sejauh apa....

"Jeonghyeon, ada apa kok barusan ada Dokter?" tanya Bundanya Mirae.

"Ah, tadi Mirae kedip, tapi katanya itu bukan apa-apa," jawab Jeonghyeon dilanjut helaan nafasnya.

Bunda mengelus kepalanya Jeonghyeon. "Sabar ya, pasti Mirae juga pengen siuman. Jeonghyeon makan siang dulu ya, ini Aunty bawakan tamago nigiri," suruhnya.

Jeonghyeon menggeleng sebagai penolakan, dia tidak ada nafsu makan.

"Jeonghyeon, kalau Mirae tiba-tiba siuman terus lihat kamu nggak nafsu makan sama lemes gini, gimana perasaannya Mirae?" bujuk Bunda.

Ah, benar juga, pasti Mirae sedih. Mirae tahu Jeonghyeon tidak makan seharian saja sudah marah, bahkan waktu itu sampai rela membelikan makan, mengantarkan makanannya ke rumah dan menyuapinya supaya Jeonghyeon mau makan.

"Terima kasih makanannya." Jeonghyeon mengambil kotak makannya, dia memakan makanannya secara perlahan karena benar-benar tidak ada nafsu makan. Mungkin setelah beberapa suapan, nafsu makannya kembali.






[✔] TKJ vs KC (Lee Jeonghyeon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang