"Mom? Dad?. Apa yang kalian lakukan di sini?."
Winter dan Jaemin saling melempar pandangan satu sama lain. Keduanya bingung bagaimana cara menjelaskan keadaan ini pada Jisung. Karena keberadaan mereka di sekolah ini, sudah tentu menimbulkan tanda tanya besar bagi putra mereka.
Jisung bersedekap bosan sambil terus menatap dua orang di depannya yang masih saling adu pandang. Merasa tidak dihiraukan, bocah itu berdeham pelan mencoba mengalihkan perhatian.
"Aku tanya, sedang apa kalian di sini?."
Jisung kembali mengulang pertanyaan dengan ketenangan yang luar biasa. Raut wajahnya datar, namun sangat bertolak belakang dengan nada ucapannya yang terdengar sinis.
"Mom. Seingatku, semalam kau meneleponku dan mengatakan kalau kau berencana kembali ke Seoul kira-kira sebulan lagi. Ini seperti mimpi saja. Aku bahkan bertemu denganmu hari ini, tidak lebih dari 24 jam setelah percakapan kita semalam."
Seketika raut wajah Jaemin berubah kaku, mendengar pengakuan tak terduga dari Jisung.
"Jadi selama ini dia selalu menghubungimu?."
"Tunggu Jaemin, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku dan Jisung—"
"Tutup mulutmu Kim Minjeong! Aku tidak butuh penjelasan darimu." Jaemin menyela dengan cepat lalu kembali menatap tegas putranya.
"Jisungie, sekarang tolong jelaskan apa saja yang sudah kalian sembunyikan selama ini dari daddy?."
Sekilas Jisung menoleh. Dia melihat wajah memelas Winter—yang seolah menunjukkan permintaan tanpa kata—sengaja ditujukan untuk Jisung agar tidak membocorkan rahasia mereka pada ayahnya.
Sementara Jaemin terus memasang tampang wajah tak bersahabat di hadapan Winter.
Melihat kedua orang tuanya mulai bersitegang, mendadak ide jahil Jisung pun muncul.
'Okay, ini menarik. Sedikit mengerjai mereka dengan mengadu-domba, itu tidak jadi masalah bukan?' kata Jisung dalam hati.
Jisung pun mengedikkan kedua bahunya. Ia bertingkah seolah-olah tak punya pilihan lain, kecuali mengungkapkan kebenaran di depan sang ayah.
"Hampir setiap hari selama dua tahun terakhir ini, mommy selalu menghubungiku. Yeah, sekedar menanyakan kabar atau mengingatkanku dalam berbagai hal. Sama seperti ibu-ibu cerewet kebanyakan yang memang selalu ingin tahu apa saja yang dilakukan anaknya. Bedanya, mommy melakukannya lewat telepon."
Winter gelagapan mendengar Jisung mulai bercerita banyak tentang kebiasaan mereka yang selama ini disembunyikan dari seseorang. Tidak! ini tidak akan sebegitu menakutkan bagi Winter, kalau saja orang yang bersangkutan itu sedang tidak bersamanya.
"Ahh, sebelum ini kami juga pernah beberapa kali bertemu. Setiap mommy berkunjung ke Seoul, mommy pasti akan menyempatkan diri menemuiku di sekolah."
"Jisungie! why didn't you tell me about this?."
"Because i don't think it's important to you."
"Lalu siapa yang mengatur pertemuan kalian?"
"Granny."
"Astaga!."
Jaemin berdecak kesal. Dia tidak menyangka ternyata ibunya-lah yang selama ini menjadi dalang dalam mengenalkan Jisung pada Winter.
Jaemin baru menyadari satu hal, ia telah melewatkan banyak hal di sini. Seingatnya, dia memang pernah memberitahu Jisung terkait Winter, namun itu hanya melalui selembar foto dan sama sekali tidak berniat mempertemukan keduanya. Tentu saja karena Jaemin sudah telanjur sakit hati, mengingat bagaimana Winter memutuskan pergi meninggalkan mereka dengan alasan yang tidak jelas.