Tak ada kalimat yang bisa menggambarkan bagaimana perasaan Jaemin sekarang ini, selain rasa kalut dan ketakutan yang begitu menyesakkan dada. Ketika mobilnya mulai memasuki pintu gerbang sebuah rumah sakit ternama yang terdapat di pusat kota Seoul, perasaan kalut dan takut itu pun kian memuncak.
Beberapa menit yang lalu kondisi Winter tiba-tiba drop. Padahal, sebelumnya Jaemin sempat membantu Winter mengambilkan sejumlah pil penghilang rasa sakit, ketika wanita itu mengeluh kesakitan—sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
Terengah-engah, Jaemin pun berlari membawa Winter menuju ke ruang gawat darurat, sesuai instruksi dari dokter Kang—dokter yang selama ini ikut andil dalam menangani penyakit Winter, yang sebelumnya sudah dihubungi oleh Jaemin menggunakan ponsel milik kekasihnya itu.
"Dokter, apa yang sebenarnya terjadi?." Suara Jaemin bergetar penuh kecemasan. "Bagaimana keadaan Kim Minjeong, huh?!. Dia baik-baik saja kan!."
Jaemin tak bisa menyembunyikan kepanikannya, hingga tanpa sadar dia membentak dokter tersebut.
"Kami akan segera menanganinya Tuan Park. Kondisi Nona Kim sangat menghawatirkan. Sebaiknya anda tunggu di luar dulu, dan biarkan para dokter menanganinya di ruang tindakan."
Para tenaga medis pun kemudian berbondong-bondong membawa brankar Winter masuk ke ruang operasi. Jaemin yang melihatnya tidak bisa berbuat apa-apa, dan tak bisa memaksa untuk ikut masuk—karena hal tersebut bisa saja mengganggu jalannya proses tindakan yang diberikan dokter.
GOD!
Jaemin menoleh pasrah pada kamar operasi yang lampu merahnya sudah menyala di sudut ruangan. Lelaki itu mengusap wajahnya frustasi, karena ada banyak macam perasaan yang mulai berkecamuk di dalam benaknya.
Marah. resah. takut kehilangan...
"Ya Tuhan, tolong jangan ambil dia. Aku mohon jangan pisahkan kami lagi." bisik Jaemin dengan nada memelas.
Saat ini yang bisa Jaemin lakukan hanyalah berdoa kepada sang pencipta. Mengingat Winter-nya yang sedang meregang nyawa di ruang operasi, membuat Jaemin tak dapat lagi membendung air matanya. Begitu inginnya dia berada di samping wanita itu, hanya ingin memastikan kalau keadaannya di dalam sana baik-baik saja.
"Dad!."
Jisung muncul dari arah koridor sambil berlari. Anak tersebut benar-benar tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya, apalagi setelah mendapati raut wajah ayahnya yang terlihat pucat dan lesu.
"Daddy, what happens?."
Jaemin menggeleng pelan, "I don't know, Jisungie. Mommy tiba-tiba saja drop dan tak sadarkan diri. Dokter masih menanganinya di dalam, katanya kondisi mommy cukup kritis."
Jisung hanya menundukkan kepalanya, dan mengambil posisi duduk tepat di samping sang ayah. Tentu saja anak itu ikut merasakan hal yang sama dengan apa yang tengah dirasakan Jaemin. Dia juga tidak menampik, kalau kehadiran Winter selama ini adalah salah satu hal terpenting dalam hidupnya. Jisung hanya tidak sanggup memikirkan bagaimana nasibnya kelak, kalau saja tiba-tiba Tuhan berkehendak lain dan merengut nyawa ibunya saat ini juga.