Bersama suara bel tanda berakhirnya pertandingan yang menggema di gedung olahraga, puluhan penonton pun berlarian masuk ke lapangan. Dimana sebagian besar penonton yang masuk ke lapangan tersebut, adalah suporter tim basket club laki-laki yang baru saja memenangkan turnamen antar sekolah, dengan mencetak angka yang sangat fantastis.
"Jaemin-ah.."
"Jeno-ya..."
"Renjunie...."
"Haechanie...."
Panggilan itu terdengar bersahutan di antara riuh teriakan siswa-siswi dari gabungan beberapa sekolah. Membuat salah satu pemilik nama yang dielu-elukan itu, Park Jaemin—menoleh ke arah kumpulan para gadis yang tengah melambaikan tangan mereka, sembari mengancungkan beberapa banner bertuliskan namanya.
Jaemin meringis melihat tingkah gadis-gadis kurang kerjaan yang kerap kali mengganggu aktivitasnya di sekolah. Sesuai tebakan Jaemin, tidak akan lama lagi, satu-persatu para gadis itu akan turun ke lapangan. Berlomba mengucapkan selamat lalu mengajaknya ber-selca ria.
Tak ingin hal itu sampai terjadi, Jaemin pun mengambil langkah panjang berusaha menjauhkan dirinya dari keramaian, memilih kembali ke gedung sekolahnya.
***
Seorang gadis cantik berambut ikal sepundak, terlihat menatap isi lokernya dengan pandangan tak berminat. Tanpa mengecek lagi, dia sudah tahu. Di dalam lokernya pasti ada beberapa surat cinta, bunga mawar, dan berbagai jenis cokelat mahal yang hampir setiap hari ia temukan berada diantara tumpukan buku pelajarannya.
Gadis itu tak habis pikir. Mengapa orang-orang masih saja sibuk memberinya hadiah? padahal semua benda pemberian mereka sama sekali tidak pernah diambilnya. Toh, secara diam-diam—gadis itu akan memberikan semua hadiah itu pada teman-temannya. Atau yang terburuknya... berakhir di tempat sampah.
Winter Kim. Di lihat dari sudut mana pun, gadis bertubuh mungil itu tetaplah cantik dan menarik. Namun tak ada yang menyangka kalau dia masih saja betah sendiri, dan sama sekali belum pernah menjalin hubungan asmara dengan siapapun. Padahal selain memiliki wajah cantik dan dianugerahi otak cemerlang, Winter juga ternyata memiliki banyak bakat sebagai nilai tambahannya.
Tengok saja hobi seninya yang se-abreg. Begitu juga dengan kesukaannya dalam dunia fashion. Nona Kim muda, sudah tentu masuk dalam jajaran siswi populer, dengan predikat Most wanted girl di kalangan sekolahnya yang terbilang elite itu.
Banyak pemuda yang secara terang-terangan menyukainya. Namun yang mengherankan, sampai detik ini Winter masih enggan membuka diri, dan enggan menjalin hubungan dengan para lelaki yang mengejarnya.
Winter mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang disetiap sudutnya berdiri beberapa set lemari loker. Ia ingin memastikan, kalau tak ada seorang pun yang melintasi lorong koridor yang kala itu sedang sepi. Hal yang biasa, karena sudah dipastikan—hampir semua penghuni sekolah sedang menyaksikan pertandingan basket di sebuah lapangan besar yang jaraknya tak jauh dari gedung sekolah.
Setelah memastikan semuanya benar-benar aman, Winter meraup berbagai macam benda dari dalam lokernya. Ia berjalan menuju tong sampah yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri. Barang-barang yang akan dibuang Winter pun telah memenuhi kedua tangannya, hingga dia jadi kesulitan membuka penutup tempat sampah saking banyaknya.
Hah!
Winter mendesah frustasi.
Bagaimana bisa dia begitu kejam membuang semua hadiah ini?.
Well, dia bukannya tidak menghargai pemberian orang lain. Namun, perasaan suka yang dimiliki oleh orang-orang itu-lah yang membuat Winter menjadi tidak nyaman. Hingga memilih mengabaikan mereka dengan cara yang sedikit kejam.