3. Sesak Tapi Aku Perlu Bernafas

22 2 0
                                    


Udara seperti memusuhiku dan mengejekku setiap harinya.

Tidak ingin bersahabat ataupun menetap di jiwaku. Aku ingin tidak bernafas tapi dia selalu mengelilingiku. Tapi kadang pergi seperti tidak ada disekelilingku saat aku berusaha kuat. Tapi ini bukan tentang udara.

-Mikayla Venetta-

Mikayla memutuskan untuk pergi ke Rooftop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mikayla memutuskan untuk pergi ke Rooftop. Pikirannya tiba - tiba menjadi kacau hanya karena kejadian di kantin tadi. Padahal itu sudah berjam - jam yang lalu terjadi. Kejadian itu berputar - putar di kepala Mikayla dan menghantuinya.

Mikayla tidak menyukai pembullyan.  Kejadian tadi mengingatkan Mikayla akan suatu kejadian yang sangat Mikayla benci. Mengingat bagaimana Caitlyn yang sepertinya sangat menikmati itu. Membuat Mikayla ingin memberikan Caitlyn kejutan kecil nantinya.

Mikayla mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Hanya butuh tiga detik untuk panggilan itu tersambung.

"Lo kangen gua?"

Tanya orang disana dan itu membuat Mikayla memutar bola matanya dengan malas.

 "Gua ingin tahu semua tentang Caitlyn. Gua pengen kasih dia sebuah kejutan sebagai hadiah perkenalan mungkin" ucap Mikayla asal dan Mikayla tahu orang disana tersenyum penuh arti mendengar permintaannya itu.

"Itu aja. Nggak ada yang lain"

"Lo pikir gua hubungin lo untuk urusan apa lagi" tanya Mikayla mulai kesal.

"Gua pikir lo minta jemput buat ikut gua bolos" tanya orang disana sambil tertawa penuh arti.

Siapa lagi yang Mikayla hubungi kalau bukan Langga. Setelah bel masuk berbunyi Mikayla sudah tidak melihat Langga lagi di dalam kelas. Mikayla sudah tahu kalau Langga pasti bolos. Tidak mungkin Langga akan menjadi anak baik yang terus ada dikelas. Itu sangat mustahil karena Mikayla sangat mengenal Langga Ardipatih.

Mikayla tidak mau repot - repot menjawab pertanyaan Langga. Mikayla langsung mematikan panggilannya. Mikayla tahu pasti Langga mengumpatinya saat ini. Mikayla tersenyum membayangkan itu,

"Siapa yang berani ganggu tidur siang gua?" ucap seseorang dan Mikayla terkekeh mendengarnya.

Mikayla tidak berminat sama sekali untuk menoleh ke orang tersebut yang sudah bangun dari tempat duduknya.

"Kalau lo mau tidur nggak usah disini. Lo pikir ini rumah lo ?!" ucap Mikayla santai dan ingin pergi dari sana.

Tapi, ada tangan yang menariknya cukup kuat membuat tubuh Mikayla tidak bisa di kontrolnya. Mikayla berhadapan dengan seseorang yang menjulang sangat tinggi didepannya saat ini. Dengan tinggi 185 cm dengan postur tubuh ideal. Terlihat dari otot tangannya dan juga punggung dan bahunya yang lebar. Rahang yang tegas, tatapan dingin dan juga tajam. Tinggi Mikayla hanya sampai mulutnya.

MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang