Chapter 7

209 29 0
                                    

WONWOO POV

"Selamat pagi, Nyonya manoban!" Bibir ku muncul sedikit saat dia tersenyum padaku.

"Selamat pagi, Wonwoo!"

"Aku datang untuk menjemput Jennie bersamaku",yang merupakan setengah kebohongan. Wajahnya bersinar seperti dia senyum melebar.

"Dia sedang bersiap-siap di kamarnya. Kenapa kamu gak naik? Masih ada setengah jam sebelum kamu pergi. Kamu bahkan bisa sarapan di sini". Itu artinya aku dapat untuk sarapan bersama Lisa.

"Tentu saja". Aku langsung setuju dengan senyum.

"Kamarnya ada di lantai dua ke
kanan". Aku memberinya anggukan

Begitu aku berada di lantai pertama, aku melihat sekitar dengan cepat untuk melihat apakah ada orang melihat. Tidak ada seorang pun. Aku dengan cepat memeriksa setiap kamar. Dia tidak ada di mana pun. Kamu ada di mana? Jari-jariku menembus rambutku dan aku frustasi mendesah. Menyerah di lantai pertama aku pergi naik ke lantai dua dan ketuk pintu Jennie. Dia membuka dan melihat aku shock selama satu menit.

"Apa-apaan ini?! Apa yang kamu
lakukan di sini sepagi ini?", dia bertanya. Aku pergi ke kamarnya dan duduk di tempat tidurnya. Kekecewaan mengisiku bahwa aku tidak melihat Lisa.

Tidak bisa ku pungkiri aku datang sepagi ini hanya untuk bertemu dengan dia.

"Aku datang untuk memberimu tumpangan keperusahaan. Perusahaan kamu menghalangi jalanku".Tangannya bertumpu pada pinggangnya dengan tatapan penuh pengertian.

"Ayo. Dia pasti ada di kamarnya".
Dia berjalan keluar dari ruangan. Aku memberinya senyuman saat aku berjalan keluar bersamanya. Dia berjalan ke ujung lantai dan berdiri depan sebuah pintu. Ini pasti kamarnya.

Jennie memutar matanya begitu dia melihat senyuman ku. Dia mencapai kenop dan memutarnya sebelum membuka pintu. Aku melihat di pintu dan mulutku menganga.

Apakah ini perpustakaan atau kamar tidur?

Aku mendengar dia terkesiap di sampingku dan aku melihat padanya. Dia membuka pintu lebih lebar dan Aku melihat sekeliling ruangan dan buku-buku tumpukan hampir ke atap.

Tempat tidurnya memiliki
kanopi dan tirai berwarna hijau laut muda warna tergantung dari itu. Kamarnya agak berantakan. Syalnya dilemparkan ke atas meja dan klipnya tergeletak dimeja rias. Beberapa buku dibuka di atas meja belajar. Senyum muncul di bibirku saat aku melihat di sekitar kamarnya. Ini adalah pertama kalinya aku di kamarnya. Aku tidak pernah membayangkan dia menjadi seperti ini. Aku tidak terlalu berantakan tapi aku suka itu.

Senyum di wajahku tidak pernah surut.Jadi dia sangat suka membaca buku,Hah?

"Aku tidak menyangka dia menjadi seberantakan ini",Kata Jennie. Dan aku masih terus melihat sekeliling.

"Aku juga". Ada boneka coklat besar
beruang di sisi kiri dinding tepat di samping kasurnya. Ini hampir ketinggian di dinding. Dua mainan putih lainnya menyala di kasurnya. Aku hampir tertawa melihatn nya.

"Mungkin dia pergi ke dapur. Kamu
ingin menunggunya di sini?", Aku memikirkannya sebentar. Mengapa bukan? Aku bangun sepagi ini, bersiap-siap, datang sejauh ini, dan berbohong dengan Nyonya manoban.... semua ini hanya untuk melihat dia? Tentu saja, aku akan menunggu. aku memberinya anggukan singkat.

"Setelah aku siap, aku akan memanggilmu". Dengan itu, dia berjalan keluar.

Aku ambil waktu untuk melihat-lihat lebih dan dari jendela kamarnya, aku bisa dengan jelas melihat tempat pertama kali kita bertemu. Aku
tersenyum mengingat itu.

Dia benar-benar seorang Malaikat!

Tangan kanan ku masuk didalam saku dan aku sedikit pergi ke tumpukan buku dan memeriksa beberapa. Kebanyakan dari mereka adalah fiksi. Jadi,dia lebih suka fiksi. Ada hampir segala macam genre ada disini. Jari-jariku berlari melalui beberapa buku seperti yang aku pikirkan dia membacanya. aku akan gila! Aku berbalik ke pintu dan menemukannya, aku sedikit terkejut saat Lisa masuk.

Dia masuk tanpa mengangkat kepalanya dan berjalan melewatiku sambil memeriksa sesuatu di ponselnya. Ada sebuah pena di antara bibirnya dan sebuah buku di dalamnya ketiaknya. Aku berjalan di belakangnya dan berdiri di depan meja belajarnya menghadap ke sisi kiri. Aku pindah ke kanan dan
berdiri di depannya.

Lihat aku! Lihat ke atas! Aku ingin melihat reaksinya ketika dia melihat aku.

Tatapannya tertuju pada sepatuku dan dia mendongak. Matanya bertemu dengan mataku karena terkejut dan suara keluar dari bibirnya, membiarkan pena di mulutnya jatuh. aku tersenyum
karena dia masih menatapku kaget.

Dengan mulut membuka dan tertutup saat dia diam menatapku. Dia sangat dalam menatap ku dengan mata bulat yang tidak pernah lepas dari mataku.

Rambutnya ada di dalam sanggul. Dan beberapa helai sudah jatuh di kedua sisi.

Jari-jariku meraihnya dan mendorong kebelakang telinganya. Tiba-tiba aku menyadari itu, Aku ingin berbicara.

Apa yang harus aku tanyakan padanya? Bagaimana tidur tadi malam? Apakah kamu memiliki tidur yang nyenyak?

Aku tidak berharap kamu menjadi
kutu buku. Aku tidak tahu kamu sedikit orang yang berantakan. Aku ingin melihatnya memerah saat aku memberitahunya kalimat terakhir.

Dia memberiku senyum malu-malu dan bahagia sambil menunduk dan menatap ku dari bawah bulu matanya yang lentik. Aku mengangkat dagunya dengan lembut dan dia menatapku dengan malu-malu sebelumnya memalingkan muka.

Selamat pagi malaikat.

POSESIVE DUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang