018 - Sedikit

36 7 0
                                    

Sudah lama keheningan melanda dua insan yang ada dalam ruangan temaram ini, akhirnya Ellisa bersuara, "Gue mau minta maaf karena udah nyalahin lo."

Ajun yang sedari tadi hanya bisa menunduk, kini ia mengangkat pandangannya menuju Ellisa, tapi tidak ada kalimat apapun yang bibir laki-laki itu ucapkan.

Akhirnya Ellisa bersuara lagi, "Kayak apa kata Ibu lo, apa yang lo lakuin emang salah, tapi lo udah bertanggungjawab atas Nara, pasti gak gampang buat lo laluin."

Sejenak ruangan itu kembali hening, menyimpan banyak hal yang ada dalam hati masing-masing, Ellisa menghela napasnya samar kemudian tersenyum tipis ke arah Ajun, "Gue baru kali ini liat cowok nangis, nangis yang separah lo nangis tadi." katanya.

Ajun akhirnya terkekeh pelan, "Malu gue."

Lantas Ellisa tertawa, "Ngapain malu? Siapapun kalo di posisi lo, gue yakin bakal kayak gitu juga responnya, bahkan mungkin lebih."

Ajun menghela napas samar kemudian menoleh pada perempuan itu dan ia menemukan teduhnya mata Ellisa menatapnya, tidak ada lagi tatapan kebencian di mata itu seperti yang ia temui beberapa waktu lalu.

"Kalo Nara ternyata bukan anak lo, lo mau gimana?" tanya Ellisa setelah mereka terdiam sekian waktu.

Ajun menghela napas berat, kemudian mengedarkan pandangannya pada ruangan ini sembari berpikir, apa yang mungkin akan ia lakukan jika memang benar apa yang Ellisa katakan.

Untuk sejenak, Ajun terdiam hingga akhirnya ia menyuarakan sebuah kalimat, "Dari dia lahir, dia udah sama gue, mau dia bukan anak gue secara biologisnya, dia bakalan tetap jadi anak gue."

Ellisa mengangguk beberapa kali, kemudian keheningan itu tercipta lagi untuk waktu yang lebih lama. Mereka terdiam, asyik berlayar pada pikirannya masing-masing.

"El, makasih udah ngusap kepala gue." ucap Ajun memecah keheningan.

Lantas Ellisa terkekeh, "Gue gak sengaja padahal, kayak gak tega aja liat lo." katanya. "Oh iya, buku Gisa mau lo bawa?" tanya nya sambil melirik buku yang ada di tangan Ajun.

Ajun ikut melirik sejenak ke arah buku itu, kemudian ia mengangguk, "Iya, tapi kalo lo mau, bawa aja, nanti kalo lo udah mau ke Bandung, balikin ke gue." Ucapnya sambil menyodorkan buku itu kepada Ellisa.

"Gue lusa mau ke Bogor, jadi gue bawa bukunya buat malam ini sama besok aja, siangnya gue balikin lagi ke lo." Sahut Ellisa sambil menerima buku itu.

Ajun menoleh ke arah perempuan itu dan bertanya, "Nyamperin pacar lo?"

Ellisa terdiam, entah kenapa rasanya ada yang aneh ketika Ajun menanyakan tentang hal itu, seakan ada sesuatu yang tergores di hatinya. Entahlah, Ellisa masih mendeniali akan hal itu.

Perempuan itu kemudian terkekeh, "Enggak lah, ngapain? Nyokap gue di sana. Gue mau main aja ke rumah dia sama suami barunya."

Ajun mengangguk untuk meresponnya.

"Gue jadi paham, kenapa Gisa selalu banggain lo di depan gue, karena lo emang setulus itu." ucap Ellisa tiba-tiba.

"Kok tiba-tiba ngomong gitu?"

"Ya, gue kepikiran aja, Gisa sampai sebersyukur itu punya lo, gue sempet bingung apa sih nih cowok istimewanya, dan ternyata setelah hari ini, gue paham, lo sayang ke Gisa emang setulus itu."

Ajun terdiam, merasakan atmosfer dalam dirinya berubah, "Enggak El, gue tetap nambah luka Gisa, dia habis diperkosa dan gue malah lakuin itu juga ke dia. Ibarat kata kalau Gisa udah luka, gue datang cuman buat nyiram luka nya pakai air perasan jeruk purut."

Renjana Kasih Ft. Junkyu TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang