025 - Tak Impas

29 7 1
                                    

Setelah Ellisa menanyakan kabar Nara kepada Ajun waktu itu, sampai hari ini, sudah dua minggu berlalu dan selam itu mereka sudah tidak pernah chattingan lagi, dan entah apa yang membuat Ellisa malam ini berkali-kali membuka HP nya, kemudian menguncinya lagi, membukanya lagi, mengunci lagi dan membuka berulang kali seperti itu, seakan ada notifikasi yang sangat ia tunggu dari tadi.

Ellisa melirik jam dinding yang ada di sebelah kiri dari kasurnya, jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, harusnya ia sudah bisa merasakan kantuk sekarang, tapi malam ini rasa kantuk itu nampak enggan untuk menyapa Ellisa.

Entah apa yang membawa perempuan itu untuk membuka ruang pesannya dengan Ajun, ia gulir ke atas layar HP nya tersebut hingga ia sampai pada pesan pertama yang Ajun kirimkan, hanya pesan singkat untuk saling menyimpan nomor.

Ia terus menggulir dengan gerak lambat, membaca ulang semua balon chat nya bersama laki-laki itu, untuk beberapa saat ia tersenyum.

Namun ketika ia sampai pada chat yang berisikan tentang kemarahannya kepada Ajun setelah ia mengetahui Gisa hamil di luar nikah, seketika Ellisa menghela napas, sekarang ia merasa bersalah pada Ajun dengan apa yang ia kirimkan pada laki-laki itu.

Ia tidak tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya, dan ia sudah lebih dulu menghakimi Ajun, memberi cap bajingan dan brengsek kepada laki-laki yang sudah nyaris hilang kewarasan karena rasa bersalahnya.

Sekali lagi Ellisa menghela napas samar, menatap sendu pada foto profil Ajun dan balon pesannya secara bergantian.

Untuk sejenak Ellisa terdiam, melamun dengan pandangan kosong pada langit-langit kamar kostnya, hingga secara tiba-tiba pandangan kosong itu seolah menyeret dirinya secara paksa pada sebuah kejadian. Di pemakaman umum, ia seolah kembali melihat pengulangan adegan dimana ia menghampiri Ajun dengan langkah tergesa-gesa, kemudian dengan semena-mena ia menampar laki-laki itu, mengatakan banyak hal buruk atas kekecewaannya hari itu, dan ia mendorong Ajun hingga laki-laki itu tersungkur. Untuk hal itu, hari ini, Ellisa menyesal telah melakukan itu kepada Ajun.

"Dia waktu baca chat gue ini, gimana ya? Kek... Dia waktu baca buku diary Gisa aja nangis separah itu, apa dia nangis kayak gitu juga waktu baca chat gue?" Ellisa bertanya, namun kesunyianlah yang membawa pertanyaan itu pergi, tanpa meninggalkan jawaban. 

Untuk sejenak perempuan itu terdiam, memikirkan berbagai kemungkinan bagaimana cara Ajun menanggapi kekecewaannya, membayangkan seperti apa keadaan Ajun setelah ia mengungkapkan itu semua.

Ellisa menghela napas lagi, begitu dalam bayangannya ia melihat Ajun menangis sama seperti waktu itu di kamar Gisa. "Sorry, gue gak tahu, jadi gue cuman bisa berekspresi sesuai apa yang gue tahu aja." Lirihnya sambil menundukkan kepala. Entah kenapa rasanya ketika Ellisa membayangkan  ketika membayangkan hal itu.

Bagaimana Ajun terisak dengan hebat, dan keadaan selalu memojokkan laki-laki itu untuk terus terpuruk dalam penyesalannya.

"Eh? Dia bakalan tes DNA gak ya nanti?" tiba-tiba Ellisa teringat akan hal itu, ia ingat kalau Gisa ada menyenggol tentang hal itu pada buku diary nya, mungkin saja Ajun akan melakukannya kan?

Dengan lincah jari-jemari Ellisa mulai mengetikkan sesuatu pada keyboard HP nya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Renjana Kasih Ft. Junkyu TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang