035 - Tak Ingin Mengambil

38 9 2
                                    

"Nggak apa-apa, aku nggak marah kalau kamu suka sama Kak Ajun, El."

Kalimat itu terus berputar-putar dalam kepala Ellisa ketika perempuan itu terbangun dari tidurnya. Tadi, ia bermimpi bertemu dengan Gisa dan di dalam mimpi itu Gisa meninggalkan satu kalimat yang sangat mengganggunya.

"Bener nggak pa-pa?" tanya nya dengan suara samar.

Disaat hanya keheningan yang membawa kalimat Ellisa pergi mengudara, perempuan itu menghela napas, "Udahlah, nggak perlu dibikin pusing, ikutin alurnya aja," katanya kemudian beranjak dari tempat tidurnya.

Hari ini dia akan kembali ke Bandung karena besok sudah hari senin, dan ia harus masuk kuliah besok.

Sebenarnya masih terlalu pagi kalau Ellisa pergi sekarang, jam baru menunjukkan pukul 07.20 pagi, tapi Ellisa rasanya tak mau berlama-lama di sini.

Ia ingin meninggalkan tempat ini. Oh, atau lebih tepatnya ingin meninggalkan kota ini dengan segala kenangan singkatnya.

Dirinya, Ajun, Nara dan kenangan mereka, Ellisa ingin meninggalkan itu semua, setidaknya sampai ia bisa menghapus perasaannya kepada Ajun. Karena baginya, cintanya kepada Ajun tidaklah wajar.

Disaat sedang sibuk memasukkan barang-barang nya ke dalam tas, HP Ellisa berdering panjang, sebuah panggilan masuk. Langsung saja perempuan mengambil HP nya yang masih ter-charger, ia seketika terdiam begitu melihat nama Ajun lah yang tertera di sana sebagai penelpon.

Ellisa menghela napas sambil mengacak-acak rambutnya karena mendadak pusing, "Ngapain anjir?" tanya nya pada benda pipih tersebut.

Namun pada akhirnya Ellisa tetap menjawab panggilan itu, logikanya kalah kali ini.

"Hallo, kenapa nelpon pagi-pagi, Jun?" tanya nya to the point.

"Ini, Nara mau main sama lo, sebelum lo ke Bandung lagi, jadi gue telpon pagi-pagi. Lo masih di Jakarta kan?"

Dengan samar Ellisa menghembuskan napasnya, "Iya, masih kok. Tapi gue nggak janji bisa ngajak Nara main, lihat sikon nanti deh, ntar gue kabarin lagi."

"Lo sibuk?"

"Sedikit. Udah, ya?"

Tanpa menunggu persetujuan Ajun lagi, Ellisa langsung mengakhiri panggilannya secara sepihak. Seketika perempuan itu terduduk lesu di sisi ranjangnya, memandang bimbang pada nama Ajun yang berada di log panggilan terakhirnya.

"Kenapa gue harus suka sama lo sih?!" serunya kesal dengan mengomeli foto profil Ajun, karena dengan begitu ia merasa emosinya pada Ajun dapat tersampaikan.

--

3 jam setelah Ajun menelpon Ellisa, akhirnya sekarang perempuan itu datang ke rumah laki-laki itu, logikanya kalah lagi kali ini, ia lebih mendengarkan hatinya.

Sama seperti biasanya, jika Nara ingin bermain dengan Ellisa, maka ia akan menemani balita itu melakukan permainan dengan keseruan yang mengundang gelak tawa.

"Tante Ellisa, papa suka sama Tante," tiba-tiba Nara bersuara disaat Ellisa begitu sibuk dengan kepingan puzzle yang baru Ajun beli untuk bahan mengasah kemampuan berpikir Nara.

Siapa yang tidak terkejut mendengar itu? Apalagi kata orang-orang balita itu polos, mereka tidak pernah berbohong, jika mereka berkata A maka kebenarannya adalah A.

Ajun yang tadinya asik dengan HP nya langsung melotot lebar memandangi figur kecil yang sedang  berusaha menyusun puzzle nya bersama Ellisa.

Sedangkan Ellisa di tempatnya hanya bisa tersenyum canggung sambil sesekali melirik ke arah Ajun.

Renjana Kasih Ft. Junkyu TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang