18

156 17 0
                                    

"Y-Ya itu benar." Hati Jisoo hancur.

"K-Kenapa kamu tidak memberi tahu polisi? Sudah bertahun-tahun dan aku sudah menemukan siapa tersangka kematiannya!" Teriak Jisoo dengan segala amarahnya.

"Aku tidak bisa membiarkan adikku sendiri masuk penjara! Dia satu-satunya adikku dan satu-satunya keluargaku!" Irene balas berteriak. Dia membelakangi Irene, dia tidak ingin menghadapinya. Dia marah, tapi Jisoo tahu di dalam hatinya bahwa dia tidak bisa begitu marah kepada gadis yang dicintainya.

"Kurasa lebih baik kamu pergi dulu, Irene. Jisoo marah, mungkin kamu bisa bicara lain kali." Kata asisten Jisoo.

"Jisoo. Aku tahu kamu tidak akan percaya padaku tapi aku masih akan mengatakannya. Karina adalah anak yang baik. Aku tahu kamu tahu itu. Kamu sudah bertemu dengannya sebentar lagi kamu sudah melihat siapa dia. Dia tidak ingin membunuh Momo, Sunmi mengajarinya mengemudi hari itu. Saat dia melihatmu dan Momo saat itu, dia meminta rem tetapi Sunmi hanya menertawakannya karena itu dia memukulnya. Sunmi mengambil alih saat itu terjadi ,mengemudi. Kamu mungkin-"

"Diam, tinggalkan aku sendiri! Pergi saja aku tidak ingin melihatmu di sini!" Teriak Jisoo Irene menghela nafas.

"Ayo, Irene. Pergi sebelum dia kehilangannya." Kata asisten Jisoo. Dia mengangguk.

"Aku minta maaf telah menyakitimu, aku hanya perlu melindungi adikku." Kata Irene sebelum dia pergi. Jisoo sangat bermasalah, dia tidak bisa fokus pada apa pun sekarang. Dia melihat bingkai foto di mejanya, matanya dan foto Irene, hari dimana dia mengatakan ya. Jisoo meraihnya dan melemparkannya dengan kasar.

"Aku tidak percaya aku jatuh cinta dengan pembohong itu," kata Jisoo. Teleponnya di kantor berdering, asistennya menjawabnya.

"Halo? Ya? Aku pergi. Oke aku akan melihat itu. "Asistennya menghadapinya. "Jisoo, ada seseorang di gerbang yang ingin bertemu denganmu. Aku akan memeriksanya. Bisakah kamu menungguku?" Jisoo tidak merespon, ahjumma itu hanya menghela nafas sambil berjalan keluar. Jisoo mengambil dompetnya, mengambil foto dirinya dan Momo disana. Dia tersenyum pahit.

"Maafkan aku, Momoring. Aku hanya berharap kamu masih di sini. Kamu adalah kenyamananku." Dan Irene. "Aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Aku tidak tahu.. sekarang aku tahu siapa tersangka di balik kematianmu. Apa yang harus aku lakukan sekarang, Momo? Apa yang harus aku lakukan dengan dia dan tersangka itu?"

"K-Kamu sekarang tahu siapa tersangkanya?" Dia mendengar suara. Dia segera melihat ke belakang, melihat ayah Momo berdiri.

"P-Paman? Kenapa kamu di sini?"

"Aku di sekitar Seoul, jadi aku memutuskan untuk mengunjungimu. Kamu tidak di mansion jadi kamu mungkin di sini. Jangan mengubah topik. Siapa yang membunuh putriku?" Kata Tuan Hirai. Dia tahu bahwa ayah Momo sangat berbahaya. Dia adalah yakuza (mafia Jepang) dan dia sangat berbahaya. Dia akan melakukan apa saja hanya untuk mendapatkan keadilan bagi putrinya.

"Jisoo angkat bicara! Aku sudah menemukan pelaku yang membunuh putriku satu-satunya selama bertahun-tahun, kenapa kau tidak angkat bicara?!" teriaknya.

"Ya aku tahu, paman. B-Bae Jimin." Dia angkat bicara.

"Bae Jimin? Terima kasih atas informasinya." Tuan Hirai hendak pergi Saat Jisoo menggenggam tangannya.

"Paman, tolong jangan lakukan apapun pada mereka."

“Aku tidak bisa membuat janji.” Katanya sambil pergi. Jisoo menghela nafas.

Terlalu banyak masalah.



_________






Jisoo ada di mansionnya, dia tidak bisa tidur. Matanya baru saja terbuka, dia terus memikirkan Karina dan Irene. Dia menghela nafas.

"F*ck hidup ini." Dia menutup matanya rapat-rapat, saat dia perlahan tertidur.







_________






Jisoo ada di bangku, hanya duduk. Dia melihat bagaimana dedaunan jatuh dari pohon, dia bertanya-tanya mengapa ini terjadi. Kemudian seseorang duduk di sampingnya. Dia menoleh, dan tersenyum melihat siapa orang itu.

"Momo." Momo balas tersenyum padanya.

"Jatuh. Tapi jatuh bukan berarti sedih sama sekali, kamu tahu itu? Itu berarti daun baru akan mekar, hal baru akan datang." Kata Momo, sambil meraih tangan Jisoo.

"Kamu harus melanjutkan hidupmu, Jisoo ."

"A..aku tidak tahu caranya. Apa yang harus aku lakukan?" Momo tersenyum.

"Aku bahagia sekarang, dan kupikir kau juga harus begitu. Pergilah padanya, sebelum terlambat."




________






Jisoo terbangun, terengah-engah. Dia melihat jam, sudah jam 7 pagi.

"Momo." Dia berbicara. Dia ingat apa yang dikatakan Momo.

Pergilah padanya, sebelum terlambat.

INTROVERT (JIRENE) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang