Iya betul saya kecanduan dengan kisah Malino - Helina
.
"Mateoo!!!!! Hanniell!!!! astagah mama pusing banget, mas tolong ini anak kamuuu" dengan pasrah Helina duduk di kasur, kepalanya pening. Kedua anaknya ini sangat aktif.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berbeda dengan Helina, Malino justru tertawa keras melihat tingkah kedua anaknya. Bukannya menghentikan aksi kedua bocah itu, Malino justru memberi semangat yang membuat kedua anaknya semakin heboh.
"Malinoooo!!!"
Setelah menitipkan dua bocah kesayangannya pada sang nenek, dengan semangat Helina memasak untuk dibawa ke Malino.
Setelah siap ia segera berangkat, ia tak mau lewat jam makan siang. Ya kalau bisa sebelum jam makan siang dia sudah di sana.
Dilain tempat Malino tampak serius dengan berkas-berkas ditangannya ia mengecek berkas yang diberikan, "tolong bagian ini di revisi." Setelah memberikan kertas yang sudah ia coret.
"Baik pak." Ujarnya beberapa saat lewat dan dia masih diposisi yang sama, bukannya pergi kini ia malah berjalan mendekat. "Bapak gak bosen sama istri bapak? Daun muda lebih enak loh pak." Katanya tak tau malu, ia bahkan sudah tersenyum centil.
Malino menggenggam erat tangannya, ia mengangkat kepalanya dengan mata tajamnya menatap kesal, "jaga mulut kamu, Ticha!" Tegasnya.
Bukannya takut Ticha justru dengan kurang ajar menarik bangku untuk duduk di depan meja bosnya itu. "Pak jujur aja, bapak bosen kan? Mending sama aku pak? Gak minta bayaran kok, gratis" ia mengedipkan matanya yang justru terlihat memualkan dimata Malino.
"Keluar!" Ujarnya masih mencoba sabar.
Dengan wajah angkuh, Ticha mulai berdiri dan tanpa malu mendaratkan bokongnya dipangkuan Malino, "kita diem-diem aja mas" bisiknya nakal.
Malino yang sudah marah, mendadak diam saat pintu itu terbuka. Matanya melotot saat melihat Helina sudah berdiri disana.
Senyum Helina lantas hilang, hal ini tampak jelas dimata Malino tentu ia khawatir, ia segera berdiri tak peduli dengan Ticha yang hampir terjungkal karena Dirinya yang berdiri tiba-tiba.
Sedangkan Ticha dengan cepat berdiri sambil pura-pura merapihkan pakaiannya seolah-olah baru terjadi hal mencurigakan pada keduanya.
Dengan geram Helina menaruh tas makanan yang ia bawa ke atas meja. Helina berjalan dengan tangan yang mengepal kuat.
"Sayang deng-"
PLAK!
Suara tamparan itu terdengar begit nyaring, siapapun yang mendengarnya dapat membayangkan sepedas apa tamparan itu.