"HAHAHAHHA muka kamu lucu banget mas." Diluar perkiraan Malino, Helina saat ini justru tertawa puas.
Padahal dia sudah siap dengan segala skenario buruk yang ada di otaknya.
Helina mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada kayu tempat tidurnya. "Aku gak pernah larang kamu kalau mau sentuh aku mas, toh kamu suami aku. Santai aja hahaha" jawabnya yang membuat Malino menatap Helina begitu intens.
"Mas gk mikir aneh-aneh kan!?" Ujarnya sambil melotot begitu mendapati ekspresi Malino yang sedikit mencurigakan.
Malino hanya menggeleng kemudian ia berdiri, dan meraih wajah Helina yang sedetik kemudian bibir keduanya bertemu.
Helina jelas kaget, matanya melotot pada aksi Malino yang begitu tiba-tiba. Ia menatap wajah suaminya yang sudah terpejam. Hal ini membuat Helina ikut hanyut dalam ciuman keduanya. Ia ikut memejamkan mata, tangannya menyentuh pipi Malino membuat ciuman keduanya menjadi lebih intens.
"Mmmphh"
Malino membuka matanya kemudian menatap Helina dan tersenyum saat Helina juga menatapnya. "Aku bahagia punya kamu Helina." Ujarnya yang kemudian mengelus lembut kepala Helina, "makasih ya." Setelah itu ia berdiri dan keluar kamar.
Wajah Helina merah bukan main, bagaimana lembutnya Malino dan kata-kata manis pria itu. Bukan pernikahan mereka yang salah, tapi dirinya yang salah.
Kenapa pria sebaik Malino bertemu dengan dirinya? Yang bahkan tidak bisa memprioritaskan suaminya sendiri?
Sekitar tiga hari Helina sakit, tiga hari juga Malino sibuk mengurus Helina.
"Helina! Li!?" Teriak Malino begitu mendapati kamar Helina yang kosong.
Ia mengambil handphonenya dan menelepon isterinya itu, sedikit lama hingga diangkat.
"Halo mas? Kenapa?"
"Kamu dimana Li? Kok kamar kamu kosong? Kamu masih sakit loh."
"Hahaha udah sembuh kok mas, maaf ya gak ngabarin. Ini aku lagi makan siang bareng Jean, kamu udah makan?" Balasan Helina membuat dada Malino terasa sedikit sesak, ia memejamkan mata berusaha menghiraukan rasa cemburu dalam dirinya.
"Oke, udah. Kamu jangan pulang terlalu malam ya? Kamu butuh istirahat."
"Iya mas aman, aku matiin ya."
Malino tersenyum getir, "it's okay Malino, Helina masih muda untuk pusingin hal rumah tangga." Ucapnya mencoba meyakinkan diri sendiri, ia segera keluar rumah dan kembali ke pabrik.
Ya seperti kemarin Malino menggunakan waktu istirahatnya untuk pulang dan melihat Helina, namun fakta miris ini yang harus ia terima.
Seminggu sudah lewat, entah perasaan Helina saja atau memang Malino yang sedikit berubah.
Suaminya itu masih menjadi suami yang baik, yang masih memasakkan makanan untuknya, menanyai apa yang ia butuh kan, tapi tetap terasa beda contohnya sekarang.
Suaminya itu selalu memberi tahu dirinya jika ia akan lembur, namun kali ini tidak. Hal ini membuat Helina sedikit tidak tenang, menurunkan rasa gengsinya ia memilih untuk menelpon suaminya lebih dulu.
"Halo mas?"
"Ya kenapa Helina?"
Helina menggigit bibirnya, "mas lembur?"
"Iya, maaf gak kasih tau kamu. Soalnya gak sempet." Jawaban Malino membuat Helina merasa sedih, entahlah.
"Oh gitu, kam-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist Hunlis
ContoPrivate universe Cerita" pendek Aku akan selalu kasih peringatan jika cerita mengandung unsur 21+