I don't love you

570 55 3
                                    

Non-baku

School-love-life

____

"Kapan mau lo putusin si Livi?"

Pertanyaan dari sahabatnya itu membuat Sevilan menghentikan gerakan suapan tepat disamping mulutnya.

"Nanti" balasnya cuek yang setelah itu melanjutkan suapan yang sempat terhenti.

"Bangsat hahahahaha" teman-temannya hanya tertawa.

Berbeda dengan sang Sevilan yang asik menikmati makanannya bersama teman-temannya. Livia yang adalah pacarnya, saat ini sibuk dengan setumpuk buku.

Ya hari ini dia harus mengerjakan empat tugas yakni, bahasa Indonesia, Matematika minat, Sejarah dan juga Sosiologi.

Eits, itu bukan tugas Livia, gadis itu sangat rajin sehingga tidak mungkin mengerjakan tugas di sekolah.

Yaps! Jika kalian menebak itu tugas Sevilan, makan kalian benar.

Livia tentu mengerjakan tugas tugas itu dengan penuh niat dan semangat. Ini bukan yang pertamakali, mungkin sudah ke ratusan kali.

Ya, setidaknya sudah ada setahun ia melakukan hal ini. Yang berarti hubungan keduanya sudah berjalan setahun lebih.

"Udah selesai?" Tanya Sevilan, membuat Livia mengangkat kepalanya dan mengangguk dengan senyum manis di pipinya. Pipi penuh yang merona, sungguh menggemaskan.

Sevilan tersenyum, "makasih, gue balik ke kelas ya. Oh ya, nanti gk bisa pulang bareng. Soalnya gue mau ngumpul sama anak-anak."

Lagi dan lagi Livia hanya bisa mengangguk tanpa bertanya apalagi protes. Ia tidak mau ribut dengan Sevilan, hubungan keduanya saat ini sudah cukup renggang.

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, dengan lemas Livia berdiri keluar kelas.

Pandangannya jatuh pada Sevilan yang sibuk dengan basket ditangannya.

Langkah Livia berhenti sesaat sebelum tersenyum dan mengganti tujuannya yang kini berjalan menuju lapangan.

"Ian!!" Teriak Livia yang berakhir mendapat tatapan dari seisi lapangan.

Satu sekolah tentu tau hubungan keduanya. Ya, sejujurnya ketika mereka tau Sevilan menembak Livia banyak yang tidak percaya.

Livia!? Si cupu yang antisosial.

Ceritanya sangat rumit, alasan kenapa Livia dijauhi oleh banyak orang, dianggap sombong, antisosial dan lain-lainnya.

"CIEE BANG SEVILAN DI SAMPERIN AYANG BEB!!"

Teriakan heboh dari anak-anak basket ya lebih tepatnya mengejek, membuat Sevilan mendesah kasar.

Tubuhnya berlari kecil menuju Livia, "kenapa?" Tanyanya tanpa ekspresi.

"Aku boleh nungguin kamu gk?" Tanya Livia penuh harap, sejujurnya sudah sejak lama ia ingin menemani Sevilan bermain basket. Namun dirinya terlalu takut, karna ia sangat sadar betapa tak seimbangnya mereka berdua.

Sevilan hanya mengangguk, "kalau lo bosen, pulang aja." Ujarnya yang kini kembali ke lapangan.

Livia tersenyum dan segera duduk di bangku pinggir lapangan.

Berbagai sindiran Livia hiraukan, ia tak peduli. Pandangannya hanya tertuju pada Sevilan.

Menurut Livia, Sevilan itu cowok baik dan hangat. Ya menurutnya, karna faktanya tidak begitu.

Sevilan akan bersikap manis jika membutuhkan sesuatu, dan hangat namun pada orang lain bukan pada Livia.

"Sev, cewek lo sendiri aja. Gue temenin gimana? Kasian." Ujar Derril tanpa maksud tertentu, ia hanya merasa kasihan melihat Livia duduk sendiri. Ya sebenarnya diantara semua teman Sevilan hanya Derril yang memakai hati nurani.

Playlist HunlisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang