Ajakan berkuda Nadi pada akhirnya Gema setujui di tengah sekelumit masalah rumah tangganya. Gema tahu ada masalah besar yang harus dia selesaikan, tapi untuk bisa menyelesaikan masalah itu, Gema harus tetap menjadi waras. Itu kenapa dia memutuskan menyenangkan dirinya dengan berkuda bersama Nadi.
Ternyata berkuda bukan ide yang buruk. Karena ketika Gema berada di atas kuda dan menungganginya, fokus Gema benar-benar teralih pada kesenangan saat berkuda. Gema bahkan sesekali mengajak kudanya mengobrol sembari bercanda.
Sebelum pergi berkuda pun, Gema sengaja membeli perlengkapan berkuda yang baru. Itu Gema lakukan untuk mengusir sedih di hatinya. Dan ya, cara itu cukup berhasil ketika Gema membeli peralatan berkuda berharga fantastis dan berharap Bara akan terkena serangan jantung begitu melihat tagihannya.
Bara dan Gema memang mulai tak saling bicara beberapa hari terakhir ini. Atau lebih tepatnya, Gema yang sengaja memberi jarak dan tidak mau bicara dengan Bara. Gema memang seperti itu, sulit sekali bersikap baik-baik saja ketika hatinya sedang gundah terhadap Bara. Itu kenapa Gema memilih diam.
"Gimana? Seru, kan?" tanya Nadi saat mereka berdua selesai berkuda dan beristirahat di temani dua gelas kopi.
Gema tersenyum dan mengangguk. Nadi benar, berkuda memang sangat menyenangkan, Gema menyesal jarang sekali melakukan kegiatan ini. Toh saat berkuda tadi, Gema merasa sedikit membaik dan bisa melupakan masalah pelik itu sejenak. "Kapan-kapan kalau lo mau berkuda lagi, ajak gue ya, Di."
"Nah, itu yang sulit, Gem."
"Kenapa?"
Nadi mengulum senyum. "Gana bilang, dia mau cepat-cepat punya anak setelah kita menikah. Jadi ini terakhir kalinya Gana izinin gue berkuda."
Gema memberenggut. "Ah, Gana nggak asyik..." dia menyeruput kopi miliknya.
Nadi hanya tertawa merdu. Lalu setelah itu mereka berdua tak lagi saling bicara, tampak sibuk dengan lamunan masing-masing.
"Gue gugup banget," cetus Nadi diiringi ringis samar. Saat Gema menoleh, Nadi menambahkan. "Beberapa minggu lagi adalah hari pernikahan kami. Dan sekarang, setiap hari, gue nggak pernah bisa merasa tenang."
"Kenapa?" tanya Gema tidak mengerti.
Nadi mengedikkan bahu. "Nggak tahu. Tapi semakin hari gue selalu merasa gelisah. gue takut... ada sesuatu yang buruk menimpa pernikahan kami nanti." Nadi menghela napas berat. "Padahal gue cuma mau menjadi milik Gana seutuhnya. Kenapa ya, rasanya harus semenyebalkan ini." Nadi terkekeh parau dan melirik Gema. "Lo juga gitu nggak, Gem, waktu mau menikah sama Bara?"
Jawabannya adalah tidak. Karena saat menuju pernikahan, Gema tidak memiliki waktu untuk merasa gusar mengenai pernikahannya. Jangankan merasa gusar, bernapas saja Gema kesulitan karena Bara menyuruh Gema untuk mengambil semua keputusan mengenai prosesi pernikahan mereka.
"Aku ikut keputusan kamu aja."
Itu yang Bara katakan sebelum Gema nyaris gila mengurus pernikahan mereka. Belum lagi kalau Bara sedang dalam mode kekanakan dan mengajak Gema bertengkar, rasa-rasanya Gema justru ingin membatalkan pernikahan saja. Memang benar ada keluarga Bara yang banyak membantu, tapi tetap saja semua keputusan harus berasal dari calon pengantin. Dan Gema harus memikirkan semua itu sendirian, sementara Bara sibuk dengan pekerjaannya.
Tapi karena Gema tidak mau menambah kegelisahan Nadi, Gema menganggukkan kepala. "Itu biasa kok, Di. Apa lagi kan sebelum ini hubungan lo sama Gana sempat ada masalah. Jadi wajar aja kalau lo kepikiran." Gema tersenyum menenangkan. "Jangan khawatir, percaya sama gue, semua bakal baik-baik aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 2
RomanceBara tidak pernah menduga pernikahannya bersama Gema akan berjalan lancar. Bahkan Bara sangat menikmati. Gema memang masih sangat menyebalkan, namun Bara justru semakin kecanduan. Tahun pertama pernikahan benar-benar sangat menyenangkan. Hingga kem...