Gema duduk di atas closet, menatap kosong pada tangannya yang gemetar. Sebuah benda yang berada di tangannya itu seolah baru saja menyampaikan kabar buruk yang membuat perasaan Gema semakin tak menentu.
Gema sedang memegang sebuah tespek. Dua garis merah yang muncul telah berhasil membuat tubuhnya menegang kaku.
Entah apa yang Gema pikirkan pagi ini hingga tiba-tiba saja dia memandangi kalender, kemudian menyadari jika dia sudah terlambat menstruasi, padahal selama ini Gema tidak pernah mengalami hal itu.
Lalu seperti merasakan firasat buruk, Gema langsung bergegas mengeluarkan sebuah tespek dari laci meja. Tespek itu sudah lama sekali dia beli. Gema membelinya karena iseng, berjaga-jaga kalau dia telat menstruasi. Barangkali kabar bahagia itu segera dia dapatkan.
Dan ya, kabar bahagia itu telah tiba. Hanya saja, di saat Gema tidak mengharapkannya.
Gema merundukkan kepalanya dalam, melenguh kesal sembari mengusap wajah serta memijat pelipis yang terasa berdenyut sakit.
Apa yang harus dia lakukan pada bayi ini?
Dia dan Bara akan bercerai. Tidak. Mereka memang harus bercerai. Sekalipun Bara menolak, Gema tetap akan memperjuangkan keinginannya kali ini.
Akan tetapi... bayi ini...
Gema memandangi perutnya, kemudian perlahan-lahan telapak tangan Gema menyentuh perut itu. Sentuhan itu terasa gamang, Gema bahkan tidak bisa meraba perasaan apa yang saat ini sedang bergejolak di hatinya.
Membayangkan bagaimana ketika anak ini terlahir ke dunia, tanpa cinta dari kedua orangtuanya, atau bahkan... keluarga Ayahnya, Gema merasa tidak siap.
Kini telapak tangan yang sejak tadi hanya terdiam kaku mulai mengepal kuat, lalu sembari terisak pelan dengan rasa frustrasi yang membuncah di dadanya, Gema memukuli perutnya sendiri. "Pergi... pergi..." isak Gema perih penuh luka.
Bagaimana bisa Tuhan memperlakukan Gema sekejam ini. Setelah membuat Gema mencintai seseorang yang tidak bisa mencintainya, setelah membuat Gema terjerumus ke dalam sebuah pernikahan tanpa cinta, setelah membuat Gema terluka berkali-kali dalam pernikahan ini, bahkan... setelah membuat Gema akhirnya ingin mengakhiri segalanya, bayi ini justru hadir.
Bayi ini hadir di saat Bara akan menikahi Nadi. Bayi ini hadir di saat Gema sudah menyerah dengan pernikahan dan cintanya.
Mengapa Tuhan seolah tidak mau membiarkan Gema menyudahi penderitaan ini?
Masih menangis terisak, Gema mendengar suara ketukan pintu. Dia pun mendengar suara Bara yang memanggilnya. Maka Gema bergegas menyimpan tespek itu ke laci meja, kemudian membasuh wajah untuk menyamarkan tangisnya.
Meski percuma, karena setelah dia mengeringkan wajahnya, sembab di kedua matanya tidak bisa menutupi kenyataan kalau dia baru saja selesai menangis.
Ketika Gema membuka pintu kamar, dia menemukan Bara yang menatapnya sayu. Tapi Gema segera mengalihkan pandangannya, bahkan bergegas keluar dari kamar mandi dan meninggalkan Bara yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan tatapan lirih.
Sejak malam itu, setelah Bara memberitahu Gema tentang keputusannya untuk menikahi Nadi, Gema sudah berhenti bicara dengannya. Mereka masih tinggal di atap yang sama, tapi terasa asing satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 2
RomanceBara tidak pernah menduga pernikahannya bersama Gema akan berjalan lancar. Bahkan Bara sangat menikmati. Gema memang masih sangat menyebalkan, namun Bara justru semakin kecanduan. Tahun pertama pernikahan benar-benar sangat menyenangkan. Hingga kem...