Saat tiba di rumahnya, Bara terdiam kaku begitu menyadari keberadaan dua saudaranya. Bara memang tidak memberitahu orangtuanya mengenai kedatangannya hari ini. Tapi keberadaan Arka dan Adel beserta keluarga mereka masing-masing, berhasil membuat Bara semakin gamang.
Bara datang untuk menyampaikan sesuatu pada Papi dan Maminya. Tapi sepertinya, Arka dan Adel pun akan mendengar apa yang akan Bara sampaikan.
Sudahlah, Bara tidak mau lagi mengulur waktu.
Langkahnya yang tadi sempat terhenti, kini kembali beranjak. Arka lah yang lebih dulu menyadari keberadaan Bara, lalu saat dia menyapa, semua orang memandang serentak padanya.
"Hai, Bar." Sapa Alma.
Bara hanya diam. Bahkan ketika Javier menyapa pun, dia tetap diam. Tak ada satu sapaan dari siapa pun yang Bara tanggapi. "Ada yang mau aku katakan." Cetus Bara. Dia hanya berdiri, menatap lekat Papi dan Maminya.
Bara terlihat sangat dingin malam ini. Sorot mata, nada suara, bahkan dia yang memilih berdiri alih-alih duduk bergabung dengan yang lain saja pun sudah memberi pertanda ada kabar buruk yang hendak dia sampaikan pada mereka. Dan seluruh anggota keluarganya menyadari itu. Leo dan Rere saling memandang satu sama lain.
Javier berujar. "Duduk dulu aja, Bar."
Dan demi mencairkan suasana yang mulai terbangun tak menyenangkan, Alma pun menambahkan. "Kaki lo nggak pegal memangnya ngobrol sambil berdiri. Sofa pada luas begini juga."
Hanya saja, tak ada satu pun dari ucapan mereka berdua yang Bara tanggapi. Dia hanya menatap sekilas, lalu kembali memandang orangtuanya.
Seakan mengerti, Leo menganggukkan kepala singkat. "Apa?"
Bara menelan ludahnya susah payah, mengepal tangan sejenak, sebelum mencetuskan sebuah kalimat yang membuat semua orang terperangah menatapnya. "Aku mau menikah."
Adel yang lebih dulu tersadar dari rasa terkejutnya. "Apa?"
"Aku... akan menikahi Nadi." ulang Bara. Sejak awal, mereka semua tahu Bara pasti akan membawa kabar buruk pada mereka. Tapi, tak ada satu pun dari mereka yang menyangka kalau Bara akan menyampaikan kalimat yang mengerikan itu.
"Lo sadar sama apa yang baru aja lo bilang, kan, Bar?" Alma bertanya, barangkali Bara salah berucap, pikirnya.
Tapi anggukan tegas Bara membuat semua orang menatapnya tak percaya. Apa lagi Arka. "Jangan gila kamu!" suaranya terdengar marah.
"Aku berencana melamar Nadi bulan depan. Nggak perlu mempersiapkan apa-apa, aku udah bilang sama Tante Nadine untuk mempersiapkan acara yang sederhana, karena selain keluarga, nggak akan ada yang aku undang." Seolah tidak mempedulikan reaksi orang-orang, Bara berujar dengan santainya. "Soal pernikahan, aku mau menikah—"
"Hentikan omong kosong kamu." Leo mendesis marah. Matanya menatap Bara tajam.
Bara menipiskan bibirnya tajam. "Aku serius. Aku akan menikah."
"Bara!" bentak Rere, wajahnya masih terlihat shock, bahkan kini napasnya memburu kala memandang putranya. "Kamu sudah menikah. Dan Gema... istri kamu..." Rere menggelengkan kepalanya pelan. "Apa yang kamu pikirkan sampai bisa mengatakan omong kosong ini?!"
"Kita semua tahu kamu lagi banyak masalah, Bar. Mungkin kamu lagi capek. Tapi bukan begini caranya kalau mau melampiaskan rasa capek kamu." Arka berusaha menasehati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 2
RomanceBara tidak pernah menduga pernikahannya bersama Gema akan berjalan lancar. Bahkan Bara sangat menikmati. Gema memang masih sangat menyebalkan, namun Bara justru semakin kecanduan. Tahun pertama pernikahan benar-benar sangat menyenangkan. Hingga kem...