Chapter 17 - Percaya

2.8K 452 37
                                    

Langkah kaki Bara dan Gema tergesa-gesa saat tiba di kantor Polisi. Begitu kabar mengejutkan itu Bara ketahui, mereka bergegas pergi ke sana untuk memastikan apa yang terjadi. Di sana sudah ada Nadi, Raja, serta Arjuna yang sampai lebih dulu. Bara memang sempat memberitahu mereka sebelumnya.

Menyadari keberadaan Nadi yang duduk seorang diri dengan kepala menunduk, Gema menghampiri dan menggenggam jemari Nadi.

"Gem..." lirih Nadi. Matanya menyimpan ketakutan. "Semua ini... nggak mungkin, kan, Gema? Gana nggak mungkin melakukan itu, kan?"

Gema memandang sedih. Lalu kepalanya menggeleng pelan. "Nggak. Gue percaya sama Gana, dia nggak mungkin melakukan semua ini." Bisiknya pelan serta lirih. Namun tidak dengan pancaran mata Gema yang menyimpan keyakinan.

Nadi tersenyum kecil, lalu sambil terisak pelan, dia memeluk Gema. Isakan yang sejak tadia berusaha dia redam di tengah ketakutan dan panik yang melanda.

Gema mengusap punggung Nadi, berusaha menenangkan. Gema tahu apa yang Nadi rasakan, karena Gema pun juga merasakan hal yang sama. Apa lagi beberapa saat lalu, Gana masih ada bersama Gema, melakukan banyak hal menyenangkan. Bahkan Gema masih bisa mengingat pelukan hangat Gana yang menenangkan kesedihannya beberapa saat lalu.

Dan bagaimana bisa sekarang Gana berada di kantor Polisi dengan tuduhan kasus yang sangat mengerikan itu.

Masih sembari memeluk Nadi, ekor mata Gema bergerak perlahan, memandang suaminya yang sedang menjawab semua pertanyaan bernada panik dari Raja serta Arjuna. Bara terlihat sangat tenang saat menjawab semua pertanyaan itu sebisanya, tapi Gema tahu kalau Bara tidak setenang yang terlihat. Dia bahkan masih ingat bagaimana Bara mengendarai mobilnya beberapa saat lalu.

Dan sekarang, saat Bara mengalihkan perhatiannya ke arah mereka, Gema melihat sorot lirih yang menyimpan luka. Untuk Nadi. Ya, Gema tahu itu.

"Bara," panggilan Arjuna menyentak Bara dari lamunannya. "Om mau bertemu Gana. Tolong bantu Om, Bara."

Bara mengamati wajah lusuh Arjuna yang memohon padanya. Baik Arjuna mau pun Raja belum mendapatkan izin untuk bertemu Gana sejak mereka tiba di sana. "Om pasti bisa ketemu sama Gana secepatnya. Ada beberapa prosedur yang harus Gana lakukan di dalam. Jangan cemas, aku kan memastikan Gana baik-baik aja."

Arjuna mengangguk penuh harap. Begitu pula sorot mata Raja pada Bara sebelum Bara beranjak masuk ke ruangan di mana Gana berada.

Tapi mula-mula Bara mendapatkan kendala. Dia di halang-halangi untuk menemui Bara dengan banyak sekali alasan tidak mendasar.

"Terduga belum boleh ditemui." Ucap salah satu aparat yang menjaga di depan pintu.

Bara menatap tajam. "Sejak kapan terduga nggak boleh ditemui pendampingnya? Dia punya hak di dampingi."

"Lo pengacaranya?" orang itu seperti hendak menantang Bara.

Kilat berbahaya seolah melapisi bola mata Bara yang tampak lebih tajam dari sebelumnya. "Buka pintunya sekarang, atau saat pengacaranya datang, gue pastiin lo nggak akan pernah bisa menginjakkan kaki di tempat ini lagi."

Jika saja aparat itu tidak mengenal Bara dan juga latar belakangnya, mungkin dia akan tertawa malas mendengar ancaman itu. Tapi sayangnya, lelaki yang berdiri di hadapannya dan menatapnya tajam itu bukan orang sembarangan. Bukan perkara sulit bagi seorang Barata Malik Hamizan untuk menyingkirkan aparat yang berasal dari kelas rendah seperti dirinya.

Unstoppable 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang