Chapter 5 - Melambung Terlalu Tinggi

3.1K 491 44
                                    

Gema terduduk dengan wajah bingung ketika menyadari dia terbangun di atas ranjang. Padahal tadi malam Gema memilih tidur di lantai bawah, di atas sofa, karena hatinya sedang tidak baik-baik saja. Berada di ruangan yang sama dengan Bara ketika hatinya baru saja dilukai oleh Bara bukan ide yang baik. Karena Gema takut kalau kemarahannya tidak terkendali dan Bara semakin bersikap menyebalkan dan mereka berakhir dengan saling bertengkar hebat.

Lagi pula Gema tidak mau kalau Bara sampai tahu mata Gema yang memerah karena sempat menangis.

Dan pagi ini Gema bangun di atas ranjang, lengkap dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya. Tidak perlu berpikir terlalu lama untuk mengetahui siapa yang memindahkan Gema dari lantai bawah ke lantai atas. Karena selain Gema, hanya ada satu penghuni lainnya di rumah itu.

Lalu apakah Gema merasa tersanjung atau terharu dengan apa yang Bara lakukan?

Jawabannya adalah tidak. Sayangnya Gema sedang tidak ingin luluh dengan hal manis ini setelah Bara dengan sengaja melukai hatinya dengan cara mengacuhkan Gema dan kerja keras Gema memasak banyak makanan untuknya tadi malam.

Gema melirik ke pintu kamar mandi. Terdengar suara shower yang menyala. Bara pasti ada di dalamnya. Gema melirik ke arah jam, sudah pukul setengah tujuh ternyata. Maka Gema bergegas turun dari ranjang. Bagaimana pun, meski Gema sedang malas bicara dengan Bara, dia tetap tidak akan melupakan kewajibannya sebagai istri.

Maka itu dengan wajah mengantuk, Gema turun ke lantai dua untuk membuat sarapan pagi. Begitu tiba di dapur, ekor mata Gema melirik ke arah wastafel di mana banyak sekali piring dan peralatan makan kotor lainnya. Mulanya Gema menatap semua itu dengan wajah malas, namun begitu dia menyadari kalau semua piring kotor itu merupakan bekas masakan Gema tadi malam, dahinya mengernyit begitu saja.

Tadi malam, selesai makan dengan perasaan tak menentu, Gema memang meninggalkan semua menu makanan itu di atas meja makan. Dia bahkan tidak berselera makan, padahal sudah memasak banyak sekali makanan. Untuk menyimpan sisa masakan ke dalam kulkas pun Gema seperti tidak memiliki tenaga.

Seharusnya pagi ini Gema menghirup bau tak sedap dari meja makan karena sisa masakannya yang bisa saja basi. Tapi anehnya, seluruh peralatan makan itu berada di dalam wastafel dan Gema tidak menemukan sisa masakan apa pun di sana.

"Jangan-jangan dibuang sama Bara." Gumam Gema yang kemudian melirik ke lantai dua dengan lirikan tajam. Gema bergegas membuka tempat sampah sembari merutuk kesal akan tuduhannya pada Bara. Suaminya itu memang sering kali tidak punya hati ketika mereka sedang bertengkar. "Tapi awas aja! Sampai dia beneran buang masakan aku ke tempat sampah, aku bakalan— eh? Kok nggak ada?"

Gema menatap tempat sampah itu dengan dahi mengernyit. Tempat sampah itu tidak kosong, masih ada sisa sampah kemarin malam yang harus Gema buang pagi ini. Kalau sisa masakan Gema tidak ada di sana, lalu ke mana Bara membuangnya?

Karena Gema merasa tidak puas, Gema sampai memasang sarung tangan untuk mengaduk-aduk tempat sampah itu. Tapi Gema tidak menemukan apa pun. "Apa dibuang keluar ya?" gumam Gema seraya berpikir. "Tapi nggak mungkin banget si Tuan muda itu mau repot-repot keluar rumah cuma buat buang masakan aku. Kalau gitu... masakannya ke mana?"

Dimakan sama Bara kali.

Sebuah suara seperti berbisik di telinga Gema. Membuat Gema sempat menggigit bibir bawahnya karena terharu. Tapi karena tidak ingin terbuai dengan angan, Gema menggelengkan kepala kuat-kuat. "Nggak. Nggak mungkin banget. Jangan halu deh, Gem. Lo lihat sendiri kan gimana nyebelinnya suami lo itu? Mana mungkin coba, dia tiba-tiba berubah baik jadi malaikat sampai mau makan semua masakan lo."

Unstoppable 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang