Saat Gema membukakan pintu rumah, dia terperangah sejenak manakala menemukan Gana tersenyum padanya. Bukan tanpa sebab Gema terperangah seperti itu hanya karena keberadaan Gana. Sejak berita soal Romeo berhembus, Gema kesulitan menghubungi Gana. Padahal dia ingin memastikan keadaan Gana, tapi Gana tidak pernah bisa di hubungi.
Tapi malam ini Gana tiba-tiba saja muncul di hadapannya.
"Lo kaya baru aja ngelihat hantu." Gana tersenyum miring, telunjuknya mencolek ujung hidung Gema. "Bara ada nggak?"
Mengerjap lambat, Gema mengangguk pelan. "Ada."
"Gue boleh masuk, kan?" Gema hanya diam hingga Gana memutar bola matanya malas. "Gue baik-baik aja, Gem."
Gema menatap tak yakin. "Beneran?"
Gana mengangguk santai.
"Kalau gitu kenapa lo cari Bara?" tentu saja Gema tidak percaya begitu saja. Apa lagi Gana sampai datang ke rumah mereka hanya untuk bertemu Bara. Kalau bukan karena ada sesuatu yang penting, mana mungkin Gana mau repot-repot menemui Bara di sana.
"Cuma mau memastikan sesuatu." Gana melihat Gema menatapnya lirih, membuatnya Gana berdecak kecil dan menyipitkan mata kesal. "Astaga... gue nggak apa-apa, Gema, beneran! Lo nggak harus mencemaskan gue sekarang."
Meski Gema tidak sepenuhnya percaya, tapi pada akhirnya dia mendengus pelan dan mempersilahkan Gana masuk. "Bara lagi nonton TV."
"Thank you." Gana tidak lupa mengacak rambut Gema sebelum melangkah masuk.
Di dalam rumah, Bara sedang menonton televisi sembari menikmati segelas Milkshake di tangannya. Gana yang sempat menghentikan langkah hanya untuk mengamati Bara, kini menggelengkan kepala seraya tersenyum geli. Bara sudah kepala dua, tapi masih saja suka minum Milkshake. Astaga.
Saat kembali melangkah menghampiri, Gana berujar dengan nada tengil. "Mau sekalian gue bawain permen nggak?"
Bara melirik padanya, tanpa ekspresi, bahkan setelah itu kembali menatap televisi seraya menikmati minuman. Ketika Gana duduk di sampingnya pun, Bara sama sekali tidak peduli.
"Mau minum apa, Gan?" tanya Gema yang kini datang menghampiri.
"Nggak usah deh, Gem. Gue lagi nggak haus."
"Kalau makan? Lo udah makan belum? Kalau belum biar gue masakin."
Telinga Bara seperti gatal mendengar pertanyaan bernada perhatian Gema untuk Gana. Bibirnya bahkan sudah menipis kesal. Ya, Bara memang tahu kalau Gana dan Gema bersahabat. Bara pun tahu kalau dia tidak harus mencurigai mereka berdua karena sampai detik ini, Bara tidak pernah menemukan hal-hal aneh dari kedekatan mereka berdua. Tapi tetap saja Bara tidak suka setiap kali Gema memberi perhatian pada Gana.
Menurut Bara, perhatian Gema hanya boleh untuk dirinya seorang. Gema itu istrinya, sedangkan Bara adalah suami Gema, tentu saja perhatian Gema hanya boleh ditujukan untuk Bara. Terdengar egois memang, tapi Bara tidak peduli.
"Gue udah makan tadi."
"Hm... kalau—"
Tidak tahan mendengar pertanyaan penuh perhatian lainnya, Bara menyela ketus. "Aku sama Gana mau ngobrol." Gema mengangguk mengerti. Dia nyaris saja duduk di seberang sofa kalau saja Bara tidak kembali bicara. "Berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 2
RomansBara tidak pernah menduga pernikahannya bersama Gema akan berjalan lancar. Bahkan Bara sangat menikmati. Gema memang masih sangat menyebalkan, namun Bara justru semakin kecanduan. Tahun pertama pernikahan benar-benar sangat menyenangkan. Hingga kem...