Sejak kemarin, rumah Gema selalu saja ramai. Keluarga Hamizan mengurus semua prosesi pemakaman, keluarga Abi menyambut para tamu yang datang untuk menyampaikan bela sungkawa. Keluarga Gana mendampingi Gema, bahkan Prita yang selalu memastikan Gema mengisi perutnya karena tidak mau Gema sampai jatuh sakit sebelum prosesi pemakaman selesai.
Keluarga Nadi pun ada di sana, tapi entah mungkin karena mengerti bagaimana keadaan yang terjadi antara Bara, Gema dan Nadi, mereka hanya mengamati Gema dari kejauhan. Gema sempat melihat Nadi yang hendak mendekatinya, tapi dia mengurungkan niat ketika Bara menghalau langkahnya. Entah apa yang Bara katakan, namun yang pasti setelah itu Nadi melangkah mundur.
Di tengah kesedihannya yang mendalam, Gema bersyukur ada banyak orang-orang baik di sekelilingnya. Apa lagi Bara, dia selalu ada di sisi Gema, menghapus air matanya, memeluk Gema setiap kali isak tangis Gema tak lagi bisa terbendung.
Hari ini pun, di saat semua orang sudah kembali pulang setelah tiga hari ini mereka menemani Gema di rumah Ibunya secara bergantian, Bara tetap menemani Gema.
Gema bilang, dia ingin tetap tinggal di rumah Ibunya sampai empat puluh hari ke depan. Rasanya menyedihkan sekali jika Gema meninggalkan rumah yang selama ini ditinggali Ibunya. Bara menuruti permintaan Gema, bahkan dia sempat pulang untuk membawa pakaian dan beberapa keperluan Gema yang lain. Apa pun rela Bara lakukan asalkan Gema bisa perlahan-lahan berhenti menangis.
Bahkan saat Gema memilih tidur di kamar Ibunya dari pada bersama Bara pun, Bara tetap membiarkan. Gema pasti masih sangat terpukul, Bara yang hanya seorang menantu pun, masih merasakan kesedihan yang mendalam. Apa lagi Gema.
Pasalnya, mereka bertiga baru saja menikmati kebersamaan yang menghangatkan hati. Mereka mengobrol, bercanda, tertawa, seolah-olah tak pernah ada perpisahan yang sedang menanti. Waktunya berjalan sangat cepat, terlalu cepat malah, hingga rasanya semua ini masih belum bisa dipercaya.
"Hari ini kamu kerja?" tanya Gema ketika menemui Bara yang tampak sudah bersiap-siap.
"Iya. Aku cuma dikasih cuti tiga hari. Tapi nanti kalau bisa izin, aku pulang lebih cepat." Jawab Bara yang baru saja memeriksa ponsel.
Gema menghela samar, dia masih ingin Bara menemaninya lebih lama. Gema takut kesepian, takut kembali menangis dan tidak ada yang memberinya pelukan. Ibunya sudah pergi, selain Bara, siapa lagi yang mau memeluknya.
Melihat mata Gema yang berkaca-kaca, Bara menghampiri, kemudian memeluk istrinya lembut. "Aku suruh Mami temenin kamu di sini, ya?"
"Nggak usah," Gema menggelengkan kepala. "nanti ngerepotin. Aku nggak apa-apa kok."
"Nggak ada yang merasa direpotkan, Gema."
"Nggak apa-apa, aku sendiri aja. Nanti malam kan ada kamu."
Lalu Gema pamit ke dapur untuk menyiapkan sarapan Bara. Dua hari kemarin, Bara lah yang menyiapkan sarapan untuk Gema. Dia sampai rela jalan kaki sampai ke ujung gang hanya untuk membeli sarapan di sebuah warung. Bara tahu, kalau sedang menginap di rumah Pratiwi, Gema sering beli sarapan pagi di sana, maka itu dia membelinya.
Hari ini Bara sudah harus bekerja, Gema merasa harus membalas kebaikan Bara.
Tapi saat membuka kulkas untuk mencari bahan masakan, Gema terpaku memandang tiga kotak makanan yang membawa ingatannya kembali ke tiga hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 2
RomanceBara tidak pernah menduga pernikahannya bersama Gema akan berjalan lancar. Bahkan Bara sangat menikmati. Gema memang masih sangat menyebalkan, namun Bara justru semakin kecanduan. Tahun pertama pernikahan benar-benar sangat menyenangkan. Hingga kem...