"Benar. Namanya Sabda."
Bara dan Gema mendekat, berdiri dengan sedikit merunduk di belakang Aksa yang duduk menghadap komputer. Di layar itu menampilkan data diri lelaki yang Bara temui tadi malam, sekaligus beberapa video yang berasal dari banyak sekali rekaman CCTV. Termasuk rekaman CCTV yang Aksa sabotase dari kelab malam itu.
"Pengangguran, anak seorang pengusaha sawit di Riau, mantan narapidana. Di tahan dua tahun lalu, kasus pelecehan seksual murid SMA. Setelah keluar dari penjara, dia merantau ke Jakarta." Aksa berujar. Lalu jarinya bergerak lincah di atas keyboard.
"Nggak ada rekaman yang menunjukkan dia bertemu dengan Antonio?" tanya Bara.
Aksa mendorong bingkai kacamata di atas hidung, kemudian mendorong kursinya ke samping hingga dia bergeser ke Komputer lainnya. Jika komputer sebelumnya menampilkan banyak sekali data Sabda, maka komputer ini menampilkan data Antonio.
"Sama sekali nggak ada." Aksa berdiri dari kursinya, "cek aja kalau Abang mau."
Bara menggantikan Aksa di kursi, memeriksa beberapa video untuk mencari sesuatu. Selagi Bara melakukan hal itu, Gema memandangi Aksa yang berdiri di samping Bara, bersedekap sembari mengamati.
Gema masih saja sering takjub dengan kepintaran Aksa Kaivan Samudra ini. Sepertinya Raja mewariskan seluruh isi kepalanya pada Aksa hingga sejak kecil, sekolah hanya merupakan formalitas belaka baginya. Undangan langsung dari MIT yang meminta Aksa menjadi mahasiswa di sana saja di tolak mentah-mentah olehnya.
Sepertinya terlalu sering bergaul dengan Abi dan Raja membuat Aksa sering memandang rendah pada banyak hal. Apa lagi setelah tahun lalu Aksa benar-benar sudah di perbolehkan Abi dan Raja untuk mengakses AG meski tetap dalam pantauan mereka.
Lalu Gema mengamati kamar Aksa. Kamarnya sangat luas, ada beberapa lemari yang di sisi dengan banyak sekali action figure dan juga lego yang sudah dirangkai. Tapi kamar itu sangat minim pencahayaan. Bahkan saat ini pun, hanya ada lampu LED berwarna biru yang menerangi mereka.
Nadi pernah bilang, dia sering sakit kepala kalau masuk ke dalam kamar adiknya. Sedangkan Gana merasa seperti berada di alam kubur saja jika berlama-lama berada di kamar itu.
Tapi Aksa tidak peduli, karena dia sangat nyaman dengan kamar yang gelap dan minim pencahayaan seperti ini. Membuat kerja otaknya semakin meningkat menurut Aksa.
"Aneh. Dia kelihatan kaget saat gue sebut nama Antonio." Gumam Bara tidak mengerti. "Gue yakin, pasti ada sesuatu."
"Pasti ada." sahut Aksa, suaranya terdengar santai. "Tersimpan di rekaman CCTV kelab yang dinyatakan hilang."
Salah satu bukti yang memberatkan Gana adalah, seorang karyawan di kelab malam mengaku telah di bayar oleh Gana untuk melenyapkan bukti rekaman CCTV. Rekaman itu telah di hapus malam itu juga, bersih tanpa jejak hingga AG pun tidak bisa mengembalikan rekaman yang telah dihapus itu.
"Mereka pasti tahu Bang Gana adalah keponakan Om Abi, itu kenapa semua barang bukti yang asli di hilangkan dan barang bukti yang palsu dimunculkan." Aksa mendesah berat. Wajahnya terlihat jengkel. "AG benar-benar nggak bisa membantu banyak kali ini."
Bara mengangguk mengerti. "Nggak apa-apa. Paling nggak berkat lo, gue tahu siapa Sabda dan di mana dia tinggal. Gue yakin, sesuatu yang dia tahu bisa jadi alat bukti untuk membebaskan Gana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 2
RomanceBara tidak pernah menduga pernikahannya bersama Gema akan berjalan lancar. Bahkan Bara sangat menikmati. Gema memang masih sangat menyebalkan, namun Bara justru semakin kecanduan. Tahun pertama pernikahan benar-benar sangat menyenangkan. Hingga kem...