Prolog

24.9K 1.2K 8
                                    

Semua kru program acara Malam Bicara dari mulai produser, sutradara, penulis, floor director, juru kamera, tim pencahayaan, tim penata suara, host, dan semua yang terlibat dalam perencanaan dan pembuatan acara ini berkumpul melingkar di stage.

"Temen-temen, makasih banyak karena udah mau percaya sama saya dan bersama-sama memperjuangkan acara ini. Saya tidak akan lupa atas semua kontribusi yang kalian berikan. Dan saya juga—"

"Mbak Jena, jangan lupa Mbak itu produser acara tv, bukan pembina upacara. Kelamaan, Mbak." Melani, asisten produsernya menyela ucapan Jenaka.

Sontak semuanya terbahak.

Jenaka berdeham, "Oke, karena saya udah jiper ditegur Melani, dan tiga puluh menit lagi kita mulai on air, tanpa berlama-lama lagi mari semuanya berdoa menurut kepercayaan masing-masing demi kesuksesan pilot episode malam hari ini."

"Berdoa mulai." pimpin Jenaka.

Semuanya menundukan kepala, mulai berdoa dengan sungguh-sungguh.

"Berdoa selesai."

Jenaka menatap mereka satu persatu sambil tersenyum, "Kita pake gaya old school, ya."

Jenaka mengulurkan sebelah tangannya ke tengah lingkaran dan diikuti para kru.

"Saya bilang malam bicara, kalian bilang sukses, oke?"

'Terlalu kuno, Mbak'
'Basic itu'
'Kayak anak-anak lagi event kampus'

Jenaka yang diserang berbagai pihak tidak kesal, lucu melihat mereka sama antusiasnya seperti dia.

"Ya udah, gimana?" lerai Jenaka, membiarkan yang lain mengajukan saran.

"Gini aja, Mbak. Mbak bilang malam bicara, kita bilang 'hu!' gitu." usul Bayu—salah satu juru kamera.

"Apaan kayak mau tanding tinju," protes Iqbal. "Lagian, sama aja, basic itu!"

"Nggak, nggak. Kita emang mau tinju ini," bela Jenaka.

"Lah, kok gitu?"

"Iya, lawannya acara tv lain yang pada gak lebih dari Youtube itu." jelas Jenaka.

Semuanya tergelak.

"Nurut aja udah." kata Melani.

Jenaka mengulurkan tangannya, dan yang lain mengikuti.

"Malam bicara."

"Hu!"

***

"Mbak, tiga menit lagi kita on air." Melani mengingatkan.

Jenaka hanya menggerakkan kepalanya, mengangguk. Dia tidak bisa bicara karena terlalu gugup. Matanya fokus pada layar kaca berbagai ukuran di depannya.

"Stand by, guys, kamera 3—center siap, ya. Satu menit bumper masuk," Saba berbicara melalui talkback sambil melihat skrip dan mencocokkan gerak mereka.

"30," Hitungan mundur terus berjalan.

Jenaka mual, dia merasakan keringat dingin keluar dari tubuhnya.

"20 detik sampai on air."

Jenaka memohon dengan sangat dalam hatinya agar penayangan perdana program acara mereka bisa sukses.

"10...9..."

Demi darah, air mata, dan keringet gue, please!

"5...4...3...2...1, bumper, in!"

"Cue!"

Malam Bicara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang