Malam Bicara [COMPLETED]

3. Jenaka itu gila!

Halo, para pembaca! Terima kasih atas waktunya untuk membaca cerita saya.
Semoga selalu sehat dan bahagia.
Semoga berkenan, semoga suka😁

"Jadi ... Melani, Iqbal, Yabes, Tria, dan Regina. Benar?"

Mereka mengangguk.

"Oke, kalian udah berapa lama kerja di sini?"

"Saya dan Yabes udah tiga hari, Mbak. Kami freshgraduate." jelas Iqbal.

Freshgraduate ditambah baru direkrut tiga hari lalu? Apa tidak ada yang lebih buruk dari ini?

"Kalau saya dan Tria sudah tiga bulan, Mbak." ungkap Regina.

Jenaka bersyukur, setidaknya timnya ini beranggotakan orang-orang yang sudah berpengalaman.

"Tiga bulan lumayan juga ya," respon Jenaka.

"Iya, mungkin tiga bulan lagi selesai." jelas Tria.

"Kenapa?"

"Waktu magang biasanya enam bulan kan, Mbak?" tanya Tria polos.

Jenaka tertawa kaku. Sudah tiga bulan ternyata anak magang!

Harapannya hanya Melani. Si perempuan yang berwajah tanpa ekspresi.

"Kalau kamu, Melani?"

"Saya sudah setahun, Mbak."

Jenaka bersyukur. Yah, tidak usah muluk-muluk. Cuma butuh seorang kru yang berpengalaman sudah cukup, kan, untuk membangkitkan sebuah acara yang hampir mati?

"Lumayan, ya. Udah pernah bikin acara atau segmen apa, Mel?"

"Nggak pernah satu pun, Mbak." jawabnya dengan ekspresi datar.

Cukup! Bisa tidak dia kembali saja menjadi pengangguran yang bebas rebahan dan sesekali kena roasting dari sahabatnya? Tantangan sih tantangan. Tapi, kok, sudah seberat ini?

Jenaka ingin menangis. Dia mengepalkan kedua tangannya.

"Permisi sebentar, ya, temen-temen." pamit Jenaka.

Tanpa mendengar jawaban mereka, Jenaka langsung berjalan cepat menuju lift. Tujuannya adalah rooftop.

Ting!

Bunyi lift menandakan kalau Jenaka sudah sampai di tujuannya, rooftop. Yang terletak di lantai 24.

Jenaka memastikan tidak ada seorang pun di sekitarnya.