Happy Reading ♡
.
.
.Firza.
Ya, anak itu masuk ke dalam rumah klasiknya dengan wajah masam. Sang kakak sepupu yang sedang berkunjung dan juga ayah ibunya menatap anak itu dengan raut wajah heran."Nak," sang ibu memanggilnya tapi seakan tak mendengar panggilan itu, Firza terus berjalan tanpa memperhatikan sekitar.
Sang ayah yang taat akan tata tertib terhadap orang yang lebih tua, segera menggunakan kekuatannya menyeret Firza selaku anaknya ke hadapannya.
"Argh!" Firza berteriak karena tubuh nya telah terangkat dan saat tau bahwa itu perbuatan dari ayahnya, dia menunduk.
Berlutut bak kesatria yang telah melakukan sebuah kesalahan.
Contoh ya, say :>
Aduh, ganteng banget si babang echan"Maaf ayah."
"Minta maaf kepada ibumu! Dan jika kamu sedang ada masalah bicarakan baik baik! Jangan main nyelonong aja. Masih inget peraturan di rumah ini gak?"
Ayah berucap dengan nada tegas kepada anaknya yang sedang berlutut. Ia ingin mengajarkan hal yang baik kepada anaknya, agar kelak anaknya tidak memiliki perilaku buruk.
"Masih ayah," Firza berdiri dan mendekat kepada ibunya untuk meminta maaf.
"Ibu, maafkan Firza karena telah mengabaikan panggilan dari ibu." Saat dirinya akan belutut lagi, namun si cegah oleh sang ibu yang membawanya berdiri dan mengusap surainya.
"Gapapa nak, kamu ada masalah apa?" Tanya lembut dari ibu, Firza hanya diam tak menanggapi.
Ibu menatap kepada ayah dan di angguki oleh ayah yang sudah bersikap santai seperti sedia kala.
"Maaf bu, aku belum bisa cerita." Ucap lirih Firza yang masih menunduk, di balas anggukan oleh sang ibu.
"Gapapa, kamu ke kamar aja sana. Istirahat."
Firza mengangguk, "Ayah, kakak sepupu, ibu, Firza pamit ke kamar dulu ya."
Semua mengangguk, baru lah pada saat itu Firza melangkahkan kakinya menuju kamar dan mengunci pintunya.
"Huwee Al jahatt-!" Firza berteriak di dalam kamar nya yang kedap suara, melampiaskan rasa yang muncul di dalam hatinya.
–ooOoo–
Di sisi lain
Dimas dan Alex sedang asik mengerjakan pr yang di berikan guru, dengan Al yang menulis dan Dimas yang mengajarinya.
"Nah buat nomor 5 ini, caranya tuh."
"Kamu susun semua bilangan di dalam satu kotak yang tengah nya di pisah sama garis lurus."Pr yang sedang mereka kerjakan adalah matematika perkalian yang sudah kelihatan 2 angka, dan harus menggunakan rumus hitungan.
"Kayak gini mas?" Alex menunjukan gambaran yang telah di buat nya melalui ucapan Dimas, Dimas mengangguk dan mengambil alih buku itu.
Di siapkan nya pencil juga penghapus di masing masing tangannya.
"Selanjutnya kita silang keduanya buat di kali terlebih dahulu, angka ini di silangkan ke sini lalu baru di kali dan hasilnya di taroh di bawahnya."
Dimas mencorat coret catatan itu untuk memberitahu tata caranya, Alex mengangguk dan mulai mengerjakan sendiri.
5 menit berlalu dan Alex dapat menyelesaikan 5 soal yang memiliki materi yang sama.
"Sudah selesai!" Ucap Alex menatap berbinar kepada buku tugas nya yang sudah terisi penuh jawaban.
Dimas memberikan permen sebagai hadiah atas kerja keras Alex.
"Makasih, Mas!" Alex mengemutnya dengan mata yang tertutup menikmati rasa permen susu di dalam mulutnya.
Dimas menatap ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 2 sore.
"Abang kembar biasanya pulang jam berapa Al?" Tanya Dimas mengisi kekosongan, Alex menggeleng.
"Nda tau, waktu itu masih liburan jadi abang di rumah aja."
Oh iya, agaknya si Dimas ini lupa kalau sepupunya baru pindah belum lama.
Tok Tok
Tiba tiba ada suara pintu yang di ketok oleh seseorang dari luar, Dimas berdiri di ikuti oleh Alex.
"Mau ngapain ikut berdiri?"
"Mau ikut liat."
"Gak! Kamu disini aja."
Dimas tak membiarkan Alex mengikutinya, karena takut bila yang mengetuk itu om om jahat.
Cklek
Pintu terbuka dan menampilkan dua orang anak lelaki yang berwajah kembar.
***
Ada baiknya kalau kamu pencet tombol ☆
Siapa tau nanti pas kamu bobo, didatangin sama Bintang asli 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Si Bocil
RandomNamanya Alex Si bocil unik dengan segala tingkah, kesayangan papi Adi dan juga warga perumahan. Namun dia tidak tahu jika salah satu teman nya itu sebenarnya berbeda alam dengannya. Akankah dia akan sadar? Ketakutan? Ataukah senang? Semua dapat kam...