*
*
*Di satu sisi ada Alex bersama Abang kembar, di sisi yang lain ada Firza bersama teman tak di inginkannya yaitu Amey. Mereka saling memandang tanpa sengaja namun di putus cepat oleh Firza, hal itu tentunya membuat Alex yang masih kecil semakin salah paham.
"Abang.." gumam Alex lirih, alngsung membuat Abang kembar memandangnya dengan heran tetapi dengan cepat Alan paham apa yang sedang dirasakan oleh adiknya.
"Adek mau pulang aja hm?" Alex menggelengkan kepalanya, ia hanya ingin bisa bermain bersama tetapi dia juga bisa mengajak Firza untuk ikut bersamanya.
Alex semakin merengut melihat Firza bermain bersama anak lain, dan malah memutuskan kontak mata dengannya.
"Pstt.. Lan Lan!" Leon membisikan suatu kalimat kepada Alan.
"Apa?" Jawab Alan dengan suara yang kecil juga.
Leon menunjuk adeknya menggunakan jari telunjuknya kemudian, membawa tangannya kembali sembari memeragakan orang sedang sedih. Dengan maksud, "Dia kenapa keliatan sedih?"
Alan hanya menggeleng tidak tahu, "Tanya aja sendiri."
Leon mendengus sebal mendengar jawaban dari kembarannya itu, sia-sia tanya kalo gini mah dasar kembaran lucnut!
Leon menepuk pelan pundak Alex yang masih menunjukan raut wajah cemberut, " Adek kenapa sedih gini? Ada yang nakal sama adek?" Alex mengangguk pelan, hal itu membuat Leon kaget.
"Siapa? Coba kasih tau abang!"
"Firza nakal bang, dia main ga ngajak Al." Cicit Alex semakin mengeratkan pegangannya.
Leon melongo mendengar penuturan dari Alex, dia memberi tatapan bertanya kepada Alan dan Alan hanya mengangguk- anggukan kepalanya saja.
"Dia ada disini, tadi gue liat dia sama anak cewe."
"Anjay, lagi kencan berarti itu!" Ucap Leon dengan spontan, membuat Alex memiringkan kepala nya kesamping. Tapi juga membuat Leon mendapat geplakan mulus dari sang kembaran.
"Kencan? Berarti mereka berdua lagi main bareng! Alex pengin ikut!" Ucap Alex menyimpulkannya sendiri dari pemahaman nya kemaren.
Alan dengan cepat mencegahnya dengan cara membawa adeknya untuk pergi dari sekitar situ, menjauhi sarang virus yaitu kembarannya sendiri. Leon yang tau akan ditinggal lagi pun dengan cepat mengikuti kembarannya dan juga adiknya.
Disaat Alex beserta abang kembar sudah menjauh dari tempat itu, seorang anak kecil muncul dari balik kedai toko dan berucap pelan.
"Aku paham," kemudian sosok itu menghilang dari tempat itu.
>>♡<<
Saat Alex dan abang kembar ingin pergi dari taman bermain, mereka tidak sengaja melewati taman yang unik ini. Saat itu juga jiwa kebocilan Alex muncul, Alex juga tidak tahu yang ia tahu hanya dia ingin bermain ditempat itu saja.
"Abang, adek mau main disini!" Ucap Alex dengan nada ceria, awalnya sempat diragukan karena tempat ini masih tergolong sepi. Hanya terdapat beberapa orang yang berada disini, tapi adiknya ingin sekali berada disini. Abang kembar pun mengangguk.
"Yeyy!"
Alex berlarian kesana kemari, dia sangat senang walau dia hanya bermain sendirian. Sang abang menunggunya di ayunan tak jauh dari tempat Alex bermain, sesekali Leon akan ikut bermain bersama adeknya.
Ketika Alex masuk kedalam lubang yang penuh dengan rumput, ia merasakan tangannya seperti ada yang menariknya untuk masuk lebih dalam. Dengan cepat Alex menarik paksa tangannya agar terlepas, kemudian saat dia akan berteriak suara yang familiar bagi Alex pun terdengar.
"Al, maaf." Suara itu lirih tetapi masih terdengar oleh Alex.
"Iza? Kamu beneran Iza?!" Pekik Alex ketika ia telah mengingat siapa pemilik suara itu, segeralah ia peluk pemilik suara itu dengan erat.
"Iza, kemana aja? Al udah sering bolak-balik nungguin Iza di dekat pohon gedhe. Tapi Iza ga muncul-muncul, Al kangen!" Suara yang tadinya ceria kini berubah menjadi sendu, Alex sedikit terisak.
"Tadi Al liat kamu, tapi kamu gamau liat Al! Kamu pergi sama anak perempuan kemaren tapi ga pernah nemuin Al lagi. Iza jahat!" Mendengar kalimat yang di lontarkan oleh temannya, Firza hanya semakin menunduk tetapi ia segera mendongan saat mendengar isakan kecil dari temannya itu.
"Maaf Al, maafin Iza." Ucapnya dengan menenangkan Alex, "Iza emang ga ngertiin perasaan Al! Padahal Iza udah janji buat temenan terus. Maafin Iza ya Al, maaf maaf." Yang terucap hanya kata maaf, karena Firza merasa tak becus. Dia lupa jika perasaan manusia lebih sensitif dari pada sebangsanya ia melupakan salah satu hal penting itu.
Kita beralih ke Abang kembar yang sedang asik mengobrol itu.
"Diem Len, gausah ganggu!" Namun Leon hanya menganggap itu sebagai angin lalu, ia tetap merecoki kembarannya hingga membuat kembarannya semakin marah. Cepat cepat Leon menghindar dan memberikan cengiran nya kepada Alan.
"Btw Lan, adek mana ya?" Tanya Leon saat dirinya tidak melihat keberadaan Alex dimanapun, Alan yang mendengar itu mengedarkan pandangannya kesekeliling hingga matanya berhenti di salah satu tempat. Dia tersenyum kecil kemudian fokus kembali pada laptopnya.
"Aman, gausah berisik Len!"
"Kalo ilang gimana Lann! Nanti kita dimarahin om Adi." Leon panik karena abangnya ini sangatlah santai, padahal dia sudah ketar-ketir.
"Di bilang aman. Mending lo duduk makan nih mendoan, gausah banyak cincong!"
Leon menurutinya dan langsung melahap mendoan yang telah kembarannya pesan, sembari menunggu Alex kembali sendiri. Alan yang melihat kembarannya menurut pun tersenyum tipis, "Good."
• • •
Hehehe, haloo
Gimana konfliknya ringan banget bukan??
aku tuh kadang ga tega sama dua bocil itu, kalo misal konfliknya berat.
Tapi kalau kalian mau konflik berat, GASSIN aja heheheJangan lupa pencet ☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Si Bocil
RastgeleNamanya Alex Si bocil unik dengan segala tingkah, kesayangan papi Adi dan juga warga perumahan. Namun dia tidak tahu jika salah satu teman nya itu sebenarnya berbeda alam dengannya. Akankah dia akan sadar? Ketakutan? Ataukah senang? Semua dapat kam...