🐾 FOURTEEN 🐾

241 19 0
                                    

Happy Reading ♡
.
.
.

"Iya dong."

Mereka berdua berselonjoran di rerumputan hijau, dengan tangan yang memegang leker. Menikmati pemandangan yang tentram serta aroma khas bunga yang ada di taman itu.

"Gaes! Masuk kelas sana!" Perintah sang paman melalui jendela yang dibuka olehnya.

"Paman, kelas ku dimana?" Tanya Alex yang masih memakan leker dengan sedikit belepotan.

Paman menepuk pelan dahinya seakan ada nyamuk yang bersarang disana padahal tidak ada, beliau melihat ke kertas kertas yang berserakan di mejanya, dengan dari sedikit berkerut menandakan ia sedang berpikir.

Tangannya yang menyusuri satu per satu kalimat di dalam kertas itu, hingga salah satu jarinya yang berhenti pada kalimat tertentu, sembari menjentikan jari tengahnya dengan sang ibu jari. Paman melangkah mendekat ke arah jendela lagi.

"Kamu sekelas sama Dimas, Al." Ucap paman sembari melihat kertas yang berada di tanganya.

"Serius Yah?" Pertanyaan Dimas yang di balas anggukan singkat oleh paman, melihat itu Dimas pun jadi kesenengan. Ia berjingkrak ke atas bawah samping kanan, kiri dan berputar.

Tanpa pikir panjang ia segera berlari ke dalam kantor ayahnya, dan mengambil tau milik Alex, tak lupa berpamitan dengan ayahnya. Dimas menarik tangan Alex untuk kembali ke kelasnya, rasanya dia tak sabar untuk mengenalkan sepupu kesayangannya pada teman satu kelas.

"Mas, pelan pelan dong!"

"Hehe, maaf aku terlalu senang!"

Dimas memelankan langkahnya ketika sampai di depan pintu kelas yang tertutup.

Tok

Tok

Tok

Cklek..

"Dimas?" Panggil seseorang dari balik pintu.

"Iya, bu guru ini saya." Jawab Dimas dengan tersenyum.

"Habis dari mana aja? Tadi kamu keluar terburu buru, masuk aja telat." Ucap seorang guru wanita yang masih cukup muda, Dimas hanya tersenyum khas nya.

"Maaf bu guru, tadi saya lagi jemput murid baru." Dimas menggeser badannya yang sedari tadi menutupi badan Alex.

"Ohh gitu, yasudah kalian masuk saja." Bu guru menganggukan kepala nya dan meminta keduanya untuk berdiri di depan kelas.

"Kamu murid baru ya, coba perkenalkan diri kamu." Pinta sang guru kepada Alex.

Alex mengangguk, "Halo perkenalkan nama saya Alexian, saya tinggal di perumahan *sensor*." Ia tersenyum setelah memperkenalkan diri.

Salah satu murid mengangkat tangan nya ke atas guna bertanya, "Tadi kamu tinggal dimana?"

"Di perumahan *sensor*." Beritahu Al sekali lagi kepada murid tersebut.

"Dimana?" Tanya yang lainnya.

"Kamu gak denger?" Tanya murid berkaca mata kepada murid yang bertanya tadi.

"Enggak, kayak seketika pas di akhir itu gak ada suaranya." Jelasnya.

"Samaa." Ucap murid yang lain menyetujui.

Alex dan murid yang mendengar hanya menatap heran kepada mereka yang tidak bisa mendengarnya dengan jelas, seakan akan ada yang menutupi nya dengan sengaja. Tapi akhir nya mereka tak ambil pusing karena guru mereka yang memintanya untuk tidak melanjutkan.

Alex dan Dimas diminta duduk di satu meja yang berisi bangku dua.

"Yang tadi jangan di pikiran ya Al."

Alex mengangguk menanggapi dan Dimas menatap khawatir kepada Alex, ya walau untuk apa khawatir sepertinya ia terlalu berlebihan. Setelah menatap lamat wajah Al, Dimas pun kembali fokus ke papan tulis.

Hingga bel pulang sekolah pun berbunyi.

Kring~!

"Oke, pelajaran kita sampai disini dulu." Ucap bu guru setelah selesai menjelaskan soal soal.

"Soal yang kalian tulis tadi, jangan lupa di kerjaan ya anak-anak!"

"Sampai jumpa lagi anak anak! Hati hati di jalan okay?"

"Okay bu guru!" Jawab serentak murid satu kelas, bu guru memberikan acungan jempol nya lalu melangkah pergi ke luar kelas.

Kembali ke meja dua anak ini, dimana Alex yang masih menatap lembaran tulisan di bukunya dengan menggaruk pelan pipinya, dan Dimas yang terkekeh melihat tingkah laku sepupunya.

"Kenapa Al? Kamu paham gak?"

"Enggak hehe."

Dimas tersenyum menanggapi, lalu menutup buku Alex dan memasukkannya ke dalam tas Al.

"Nanti aku bantu, ayok kita minta ayah antar!"

🐳

"Tentu sayang, ayok! Ayah juga ingin tahu dimana rumah keponakan tersayang ayah." Ujar paman dengan semangat.

"Tapi abang Alan gimana? Biasanya yang jemput Al itu bang Alan." Ucapnya ragu takut abangnya bakal nyari dia kalau dia gak ada di sekolah.

Paman mengangguk mengerti, lalu mengambil hp nya.

"Alan ada acara, tadi dia ngechat paman." Sembari menunjukan room niatnya dengan Alan.

Alex menanggapi nya dengan senyuman manis, "Kalau gitu boleh~"

***

Aa Dimas : "hey kamu! Jangan baca malem-malem, baca pagi aja biar lebih fresh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aa Dimas : "hey kamu! Jangan baca malem-malem, baca pagi aja biar lebih fresh."

Kisah Si BocilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang