🐾TWENTY FOUR🐾

311 16 0
                                    

"Huahhh menyenangkan sekali!" Alsy mengangguk dengan semangat, menyetujui perkataan Johan.

Sepertinya setelah beberapa tahun mereka tidak bertemu, mereka seperti tertahan di rumah masing-masing tanpa ada kebebasan. Sebenarnya mereka masih di tempat perjamuan yang tadi, tapi tempat itu mereka rubah menjadi kolam renang dengan sihir yang mereka miliki.

Dimulai dengan keseriusan, di akhiri dengan kegiatan menyenangkan dan menyegarkan adalah hal wajib yang biasa mereka bertiga lakukan. Tapi mereka baru bisa melakukan hal itu lagi karena Amey selalu menolak ajakan Johan dan Alsy, karena kesibukannya.

"Puas puasin aja, kalian berdua."

"Tentu, sesuai perkataanmu Mey!" jawab mereka berdua dengan wajah yang basah, karena telah menyeburkan diri ke kolam renang.

"Ngomong-ngomong kamu gak ngajak kak Algy?" tanya Alsy sambil mencelupkan tangannya kedalam air, memandang Amey bingung.

"Iya, biasanya kan kita selalu main bareng dia."

Amey terdiam, dia memikirkan perkataan temannya dengan cermat. Kalau alasannya paling karena kakaknya ga boleh tahu tentang rencana tadi, dan kakak sedang mengundang teman-temannya. Amey mengangguk, dia menatap Johan dan Alsy dengan senyuman tipis.

"Kakak mungkin lagi asik main sama teman-temannya," kata Amey dengan menyeruput teh, kedua teman didepannya hanya mengangguk-anggukan kepala mereka saja.

"Lagian kit- eh?" Amey terkejut karena ternyata kakaknya sudah berada di belakangnya dengan membawa tumpukan buku, jangan lupakan teman-teman sang kakak yang ikut membawa buku.

Amey berdiri guna mendekat kearah kakaknya, "Kakak mau kemana?"

Algy menunduk memandang adiknya yang lebih pendek darinya, ia mengusap rambut adiknya dengan tangan kanannya yang tidak memegang buku. "Kakak mau ke perpustakaan kota dek."

"Disini juga ada perpustakaan lho kak!" nyambung Alsy yang kini sudah duduk di pinggiran kolam renang.

Algy menatap teman adiknya dengan senyum tipis, "Disini kurang lengkap Sy, jadi mending langsung ke pusatnya aja."

"Aku ikut ya kak?" Algy menggeleng, dia mencubit pelan pipi adeknya setelah itu mengusap-usap pipi itu.

"Disini ada teman adek, lebih baik tetap dirumah. Lagian kakak ga bakal lama kok." Algy membalikkan badannya kearah teman-temannya, dan teman-temannya pun menggangguki ucapannya.

Amey menghela napas pelan, dan mengangguk. "Oke kak! Hati-hati di jalan."

Setelah mendengar ucapan itu, Algy dan teman-temannya pun meninggalkan tempat perjamuan minum teh milik Amey. Amey memandang kakaknya dengan raut wajah tenang dan khawatir secara bersamaan.

"Tumben kak Algy mau ke perpustakaan kota, padahal kan dia risih dengan yang namanya keramaian." ucap Johan sambil mengambil satu buah cookies dari piring lalu memakannya dengan sekali lahap.

"Aku pun bingung, Jo."

"Kamu bingung? Apalagi kita Mey!"

Mereka bertiga saling menghela napas, bingung juga kalau harus mengamati perasaan saudara lain yang kelebihan perasaan.

"Sejujurnya aku lebih suka bermain dari pada harus mengamati perasaan orang lain, karena jujur itu sangat merepotkan. Tapi karena kakak itu adalah saudaraku jadi aku akan mengecualikannya." kata Amey kemudian menghampiri teman-temannya untuk berenang di kolam renang.

↬✫↫

"Kamu sebenarnya kenapa Gy?" seorang gadis hantu berambut panjang dengan pita disebelah kanan, bertanya kepada Algy setelah mereka sampai didepan pintu perpustakaan kota yang waktu itu sedikit sepi pengunjung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu sebenarnya kenapa Gy?" seorang gadis hantu berambut panjang dengan pita disebelah kanan, bertanya kepada Algy setelah mereka sampai didepan pintu perpustakaan kota yang waktu itu sedikit sepi pengunjung.

"Hm?" Algy bertanya kembali dengan deheman, dia sedikit merasa senang karena bisa keluar dari rumah yang sangat menyesakkan itu.

"Algy, ada masalah ya?" tanya teman laki-lakinya yang memakai jubah hitam, pertanyaan itu membuat Algy berbalik menghadap ke tiga orang teman yang ia kenal di Academy.

Algy menggeleng pelan, "Aku gapapa, cuman agak resah dikit sama adik kecilku."

Semuanya memandang kaget terhadap Algy, adik kecilku? Padahal biasanya dia bakal manggil adiknya dengan sebutan dek Amey. Pasti ini ada hubungannya dengan itu!

"Memang ada apa dengannya?" tanya gadis berambut panjang yang disetujui oleh kedua anak lainnya, Algy hanya tersenyum sembari menjentikan jari ke depan wajah mereka. Dan itu tentunya membuat mereka bertiga terkejut dengan jentikan itu.

Algy tertawa pelan karena berhasil menjahili teman-temannya, dia berjalan mendahului yang lain dengan pikiran yang penuh di dalam otaknya. Kenapa adiknya berserta teman-temannya membahas tentang anak manusia yang lemah? Padahal dia juga merupakan anak setengah manusia, karena tuan Rowen telah berhubungan dengan ibu yang notabenya seorang manusia.

Entah mengapa ia sedikit merasa sedih, padahal Amey adalah adik satu-satunya yang Algy sangat sayangi. Dia rela dicambuk oleh tuan agar adiknya tidak terkena cambukan itu, adiknya yang sekarang memang sedikit berbeda dengan yang ia kenal dulu. Tapi Algy tidak mengetahui apapun karena seakan-akan mereka semua menganggap Algy tidak ada, atau bahkan tidak penting.

Sang ayah yang seharusnya menjadi ayah yang baik, malahan menjadi ayah yang sangat dibenci oleh anak-anaknya. Dia sungguh benci ayahnya karena ayahnya telah membunuh ibunya saat ibunya berhasil melahirkan dia, tetapi berbeda dengannya Amey sang adik justru malah sangat menyayangi ayah. Dia seakan rela untuk dijadikan pelampiasan marah ayah, tapi tentunya ia tidak akan membiarkan itu.

Sesaat akan melamunkan hal yang lebih jauh, seseorang menepuk punggung Algy. Dia adalah anak yang paling peka dibandingkan kedua anak lain, walau dia sedikit pendiam.

"Jangan ngelamun, nanti terkantuk dinding bakalan sakit." nasehatnya dengan nada yang lembut, Algy tersenyum dan sedikit menganggukan kepalanya.

"Maaf, soalnya seru!"

"Dasar!"

Anak itu meninggalkan Algy di belakang, Algy hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka memang lucu dan seru, tapi entah kenapa jika berada di rumah mereka jadi pendiam.

"Emang semenakutkan itu?" Algy berbicara di dalam hatinya sambil menyusul teman-temannya yang sudah masuk kedalam perpustakaan kota.

Kisah Si BocilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang